1.
Lima perbedaan antara teori Behavior dan teori Gestalt
Teori Behavior
|
Teori Gestalt
|
Menitikberatkan pada
proses hubungan stimulus-respon-reinforcement sebagai bagian terpenting dalam
belajar
|
Perilaku bukan hanya
terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan
tujuan yang ingin dicapai
|
Mengabaikan peranan
insight
|
Berpandangan bahwa
tingkah laku seseorang bergantung pada insight daripada trial dan error
|
Menekankan pada
tingkah laku yang nampak (empiris) dengan mempergunakan metode obyektif
|
Lebih menekankan
pada kognisi
|
Atomistik,
Elemental, Molekular, objektif, Empiristik, Behavioral
|
Holistik, Molar,
Subjektif, Nativistik, Kognitig, Fenomenologis
|
Mementingkan masa
lalu sehingga belajar ditafsirkan sebagai perubahan perilaku
|
Lebih pada
reorganisasi perseptual dalam memperoleh pemahaman.
|
2.
Tiga contoh teori
primer thorndike
·
sering melakukan
pengulangan dalam memecahkan suatu permasalahan, anak didik akan memiliki
sebuah pengalaman yang berharga.
·
Mengadakan tes
bakat dengan tujuan mengetahuia bakat dari masing-masing peserta didik. Dengan
mengetahui bakatnya, maka akan memudahkan mendidik sebab materi yang
disampaikan akan disesuaikan dengan bakat peserta didik
·
sistem pemberian
hadiah, akan membuat anak didik menjadi lebih memiliki kemauan dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapinya.
3.
Peran teori
behavior
·
Memandang individu
hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental.
Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat
dan perasaan individu dalam suatu belajar.
·
Munculnya
pembelajaran yang telah diprogramkan, suatu teknik dalam membimbing peserta
didik kepada suatu taraf prestasi yang diinginkan.
4.
Contoh Classical
Conditioning dari pavlov
·
Mata pelajaran
sejarah (Conditioning Stimulus) + guru yang baik (Unconditional Stimulus) → siswa
mempunyai respon positif (Unconditional Respon), yang berarti siswa senang pada
cara guru mengajar sejarah dengan baik. Kalau hal ini dilakukan berkali-kali, maka
akan terjadi : mata pelajaran Sejarah (Conditioning Stimulus) ↔ siswa mempunyai respon positif
terhadap mata pelajaran sejarah (Conditioning Respon).
·
Mata pelajaran
sejarah (Conditioning Stimulus) + guru otoriter (Unconditional Stimulus) → respons siswa
negatif (Unconditional Respon). Kalau hal ini dilakukan berkalikali, maka akan
terjadi hal sebagai berikut : mata pelajaran sejarah (Conditioning Stimulus) ↔ respons siswa terhadap mata
pelajaran sejarah negatif (Conditioning Respon).
1.
Masalah dan kesulitan
belajar di jurusan sejarah, yaitu:
·
Masih sulit
menemukan cara pemahaman materi yang tepat karena masih sering terpaku pada
metode menghafalkan materi yang ada
·
Sulit untuk
menguasai materi yang ada karena luasnya ruang lingkup materi
Daftar Pustaka
· Sudrajad, Akhmad.
2011. Kontribusi Psikologi terhadap Pendidikan: jurnal (online), (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/02/teori-teori-belajar/, diakses
pada 4 Mei 2012)
· Thohir, Muhammad. 2012.
Ivan Pavlov: Classical Conditioning: jurnal (online), (http://thohir.sunan-ampel.ac.id/2012/04/23/ivan-pavlov-classical-conditioning/, diakses
pada 4 Mei 2012)
· Sumarno, Alim. 2012.
Behaviorisme -
Teori Thorndike: jurnal
(online), (http://blog.elearning.unesa.ac.id/alim-sumarno/behaviorisme-teori-thondike, diakses pada 4 Mei 2012)
· Fadhilah, Nur Aziza. 2011. Teori Psikologi Gestalt: jurnal
(online), (http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/03/teori-psikologi-gestalt/, diakses pada 4 Mei 2012)
Nama : Al – Donna Zhara K
NIM : 114284015
0 komentar:
Posting Komentar