Romawi Kuno adalah peradaban yang tumbuh dari komunitas
pertanian kecil yang didirikan di Semenanjung Italia pada abad ke-9 SM. Seiring
waktu, Romawi menjadi kekaisaran kuat yang menguasai Laut Tengah. Dalam 12 abad
keberlangsungannya, peradaban Romawi berubah-ubah dari monarki, menjadi
republik campuran oligarki dan demokrasi, dan akhirnya menjadi kekaisaran otokrasi.
Melalui penaklukan dan asimilasi, Romawi mendominasi Eropa Barat, seluruh Laut
Tengah termasuk Timur Dekat dan Afrika Utara, Semenanjung Balkan, dan Laut
Hitam.
Kekaisaran
Romawi mengalami kemunduran pada abad ke-3 M, dan menjadi semakin gawat pada
abad ke-5 M. Diperparah dengan adanya ketidakstabilan pemerintahan dan serangan
dari beragam suku-suku di perbatasannya, Kekaisaran Romawi Barat, yang meliputi
Hispania, Galia, dan Italia, akhirnya terpecah menjadi banyak kerajaan kecil
pada abad ke-5. Kekaisaran Romawi Timur, yang dipimpin oleh kaisarn
Konstantinus, berhasil bertahan dari krisis ini, dan selanjutnya terus bertahan
sampai seribu tahun berikutnya hingga kelak ditaklukan oleh Kesultanan
Ustmaniyah. Kekaisaran Romawi Timur disebut juga sebagai Kekasiaran Bizantium.
Peradaban
Romawi banyak berpengaruh terhadap perkembangan hukum, militer, seni, sastra,
arsitektur, teknologi, dan bahasa di dunia, khususnya di Dunia Barat. Salah
satu warisan Romawi yang masih terus digunakan bahkan di Indonesia adalah huruf
Latin.
A.
Sejarah
Sejarah Italia pada masa antikuitas kebanyakan mengikuti
perubahan yang terjadi di Asia Barat yang terjadi lebih awal. Orang modern
pertama tiba di Italia dari Asia Barat sekitar tahun 10000 SM. Sekitar tahun
5000 SM kelompok kedua pengelana dari Asia Barat membawa serta kemampuan
bertani dan berternak ke Italia.
Ketika orang-orang mulai menggunakan perunggu di Asia Barat,
sekitar tahun 3000 SM, orang di Italia pun dengan cepat belajar cara
menggunakan perunggu. Sekitar tahun 2000 SM, gelombang ketiga rombongan
orang-orang datang ke Italia dari Asia Tengah, mereka adalah bangsa
India-Eropa. Mereka membawa suatu bahasa baru, yang kelak menurunkan bahasa
Latin.
Zaman Kegelapan yang menimpa Mesir, Yunani, dan Asia Barat
sekitar tahun 1200 SM nampaknya tidak terjadi di Italia, namun orang-orang
Italia terus belajar dari Asia Barat. Mereka belajar cara menggunakan besi
sebagai pengganti perunggu untuk peralatan dan senjata mereka. Seperti halnya
orang-orang di Asia Barat dan Yunani, orang-orang Italia mulai membangun
kota-kota dan bangunan batu besar, dan mereka bereksperimen dengan pemerintahan
mereka- biasanya raja memerintah dengan diawasi oleh Senat yang terdiri atas
kelompok orang kaya.
Sekitar tahun 500 SM, dua perubahan besar terjadi di
Mediterania timur, dan orang Romawi belajar dari keduanya. Yang pertama, pada
tahun 536 SM Koresh Agung menaklukan sebagian besar Asia Barat dan mendirikan
Kekaisaran Persia - kekaisaran terbesar pertama di dunia. Pada pertengahan
400-an SM, orang Romawi (seperti orang Athena dan Kartago) mengikuti tindakan
Persia dan mulai menaklukan tetangga-tetangga mereka. Yang kedua, banyak kota
di Yunani dan Afrika Utara menggulingkan raja mereka dan membiarkan Senat
berkuasa (orang Athena bereksperimen dengan melaksanakan demokrasi). Pada tahun
509 SM, orang Romawi melakukan hal yang sama, mereka menggulingkan monarki dan
mengganti sistem pemerintahan menjadi republik. Pada tahun 275 SM Romawi sudah
menguasai seluruh Italia, kemudian mereka memerangi Kartago dalam perebutan
kendali di Mediterana Barat. Pada tahun 146 SM, Romawi sudah berhasil menguasai
seluruh Mediterania.
Seiring penaklukan Romawi di Mediterania, orang-orang kaya
yang menjalankan pemerintahan menjadi semakin kaya, sangat kaya. Mereka mulai
berselisih untuk menguasai kekaisaran baru itu. Pada tahun 30 SM, satu orang,
yaitu Augustus, berhasil menguasai Kekaisaran Romawi. Setelah dia meninggal,
kerabat-kerabatnya mewarisi tahtanya.
Selama dua ratus tahun setelah itu, Kekaisaran Romawi
menikmati kedamaian yang panjang ketika seorang demi seorang pria menjadi
kaisar Romawi. Beberapa wanita, misalnya, Agrippina dan Julia Domna, juga
pernah berkuasa. Namun pada tahun 220 M, orang Sassaniyah mulai menyerang
Kekaisaran Romawi secara lebih agresif dari arah Timur, orang Jermanik di Utara
juga mulai memanfaatkan kesempatan untuk menyerang Romawi. Untuk memperoleh
pasukan yang cukup, Romawi terpaksa menyewa orang Visigoth dan Ostrogoth dari
luar kekaisaran untuk bertempur sebagai tentara bayaran.
Masa damai pada awal tahun 300-an M menjadi waktu yang cukup
baik bagi Kekaisaran Romawi. Namun perang kembali meletus pada tahun 350-an M,
dan meskipun mereka bertempur dengan gigih, pada akhir tahun 400-an M, Romawi
terpaksa menyerahkan banyak daerah di barat kekaisaran kepada para tentara
bayaran yang pernah mereka sewa.
Di Mediterania Timur, Kekaisaran Romawi terus berlangsung,
dengan ibukotanya di Konstantinopel. Tapi kemudian seperti yang pernah terjadi
di Barat, Romawi makin meningkatkan penggunaan tentara bayaran, terutama orang
Arab. Pada tahun 600-an M, orang-orang Arab itu mulai melawan Romawi dan
bukannya membantu. Dengan cepat, mereka mendirikan Kekaisaran Islam di tempat
yang dulunya dikuasai Romawi. Sisa-sisa terakhir Kekaisaran Romawi Lama, yaitu
Konstantinopel, jatuh ke tangan Muslim pada tahun 1453 M.
B.
Pemerintahan
Sejak 500 SM sampai mendekati 1500 M, selama dua ribu tahun,
pemerintahan Romawi kurang lebih memakai sistem yang sama, dengan kata lain,
tidak banyak terjadi perubahan, meskipun perubahan itu tetap ada seiring waktu.
Pada awalnya, Romawi dipimpin oleh raja yang dibantu oleh
senat. Ketika Republik Romawi pertama kali didirkan pada 500 SM, raja diganti
oleh dua orang yang disebut konsul, sedangkan senat tetap ada. Perempuan tidak
diperbolehkan menjadi konsul. Kedua konsul memegang kendali atas pasukan, behak
menyatakan perang, menentukan jumlah pajak, dan membuat hukum. Suatu keputusan
harus disetujui oleh kedua konsul; jika salah seorang mengatakan “veto” (aku
tolak), maka keputusan tidak jadi dilaksanakan.
Konsul dibantu oleh senat sebagai dewan penasihat. Senat
terdiri dari keluarga-keluarga kaya di Romawi. Perempuan tidak diperbolehkan
menjadi anggota senat. Jabatan senator (anggota senat) merupakan jabatan seumur
hidup. Kebanyakan konsul pada akhirnya bergabung dengan senat, dan kebanyakan
senator memiliki ayah atau kakek yang dulunya juga menjabat di senat. Para
konsul sering melaksanakan apa yang diusulkan oleh senat.
Ada juga prefek di Romawi, mereka bertugas mengurusi kota,
beberapa mengadili kasus, beberapa yang lainnya mengatur pasar atau pelabuhan.
Selain itu, ada Tribunus, yaitu orang-orang di senat yang mewakili rakyat
miskin. Tribunus dipilih oleh Majelis. Tribunus berhak memveto keputusan senat
yang berkenaan dengan rakyat miskin. Sementara Majelis adalah kumpulan yang
terdiri dari para pria dewasa dan merdeka di Romawi. Mereka berhak memberikan
suara jika dimintai oleh konsul, mislnya harus pergi berperang atau tidak.
Majelis juga memilih konsul, prefek, dan senator. Namun Majelis sudah diatur
sedemikian rupa sehingga orang kaya bisa lebih bnyak memilih daripada orang
miskin. Baik prefek, Tribunus, atau Majelis hanya boleh diisi oleh laki-laki.
Setelah Romawi menaklukan berbagai daerah yang jauh dari
kota Roma, mereka pun menerapkan sistem provinsi. Setiap provinsi dipimpin oleh
gubernur. Gubernur memegang kendali atas pasukan di provinsinya. Gubernur
biasanya berasal dari kalangan jenderal.
Menjelang tahun 50 SM, yakni masanya Julius Caesar,
jenral-jenderal ini mulai mengambil alih pemerintahan dan mengabaikan senat
serta konsul. Mereka bisa melakukannya karena memiliki pasukan.
Augustus, pada 31 SM, adalah salah satu jenderal ini. Dia
berhasil mendirikan suatu sistem baru. Lembaga senat dan jabatan konsul tetap
disteruskan namun Augustus menjadikan dirina memiliki kekuasaan tertinggi. Dia
berhasil membuat senat menjadikannya dirinya sebagai Tribunus, sehingga
Augustus bisa memveto keputusan senat yang tidak dia sukai. Augustus juga
memegang kendali atas pasukan sehingga dia bisa menyingkirkan orang yang
menghalangi jalannya.
Sistem ini, yaitu Romawi dipimpin oleh kaisar namun senat
dan konsul tetap ada, terus berjalan selama 1500 tahun sampai akhirnya Romawi
runtuh.
C.
Sistem Kepercayaan
Dalam beberapa hal, sistem
kepercayaan Romawi sangat mirip dengan agama Yunani, namun dalam hal lain,
keduanya juga cukup berbeda. Seperti orang Yunani, bangsa Romawi juga
mempercayai banyak dewa, dan masing-masing dewa mengendalikan berbagai unsur
dunia dan kehidupan, misalnya badai, samudra, pernikahan, pandai besi, dll.
Namun bangsa Romawi lebih tertarik pada konsep kontrak, dibandingkan bangsa
Yunani yang lebih menyukai konsep keseimbangan. Salah satu konsep agama Romawi
adalah "do ut des" (aku beri maka kau akan balas memberi).
Orang-orang memberi persembahan pada para dewa sehingga para dewa akan memberi
mereka pertolongan sebagai balasannya.
Dewa utama Romawi adalah Jupiter.
Namanya berkaitan dengan dewa utama Yunani, Zeus, dan mereka pun banyak
memiliki kemiripan. Keduanya sama-sama dewa langit dan memiliki senjata berupa
petir. Semntara itu, dewi Romawi Juno dan Minerva berkaitan dengan dewi Yunani
Hera dan Athena.
Setelah ditaklukan oleh Romawi,
bangsa Afrika (termasuk Mesir), Eropa, dan Asia Barat (termasuk Yahudi) tetap
menyembah tuhan masing-masing sambil mengadopsi pemujaan dewa Romawi. Para
pemimpin Romawi tidak keberatan dengan orang-orang yang menyembah banyak dewa,
berapapun banyaknya. Namun mereka tidak suka jika orang Yahudi dan Nasrani
menolak untuk menyembah dewa Romawi.
Pada awalnya, dewa Romawi dan
dewa Yunani sangat berbeda walaupun sedikit berkaitan. Namun setelah bangsa
Romawi mengenal agama Etruska dan Yunani, bangsa Romawi sangat mengagumi
dewa-dewa mereka, dan bangsa Romawi pun mulai mengadopsi banyak dewa Yunani
sambil tetap menyembah dewa Romawi, contoh dewa Yunani yang banyak disembah
oleh Romawi adalah Kastor dan Pollux. Selain itu, bangsa Roamwi juga menyerap
dewi Isis dai Mesir dan dewa Mithra dari Suriah.
Bagi orang Romawi, kaisar mereka
adalah dewa, atau orang yang dekat dengan dewa. Di bagian timur Kekaisaran
Romawi, orang-orang memuja kaisar sebagai dewa, sementara di bagian barat
kekaisaran, orang-orang lebih memuja dewa pelindung sang kaisar, alih-alih
kaisar itu sendiri.
Dewa-dewi Romawi :
Ø Jupiter-Juno-Minerva
Jupiter adalah pemimpin para dewa
Romawi, seperti halnya Zeus di Yunani. Kemungkinan, keduanya berasal dari satu
dewa langit Indo-Eropa. Nama Jupiter sendiri berasal dari "Ju-pater"
(Ju-sang ayah). Di sini kita bisa melihat bahwa "Ju" pada dasarnya
adalah sama dengan "Zeus".
Bangsa Romawi kadang melihat Jupiter sebagai bagian dari tga
dewa (Jupiter, Juon, dan Minerva). Nampaknya mereka memperoleh konsep ini dari
bangsa Etruska. Banyak kuil Etruska dan Romawi didirikan untuk memuja ketiga
dewa ini bersama-sama. Juno adalah istri Jupiter, seperti halnya Hera, istri
Zeus, di Yunani. Sementara Minerva adalah putri Jupiter, dan diasosiasikan
dengan Athena, yang merupakan putra Zeus, di Yunani.
Ø Venus
Venus adalah dewi cinta dan
kesuburan. Orang Romawi memberi persembahan padanya jika mereka ingin punya
bayi, atau supaya dicintai oleh orang idaman mereka. Dalam kepercayaan Romawi,
Venus sangatlah mirip dengan dewi Afrodit, dewi cinta dari Yunani.
Ø Kastor dan Pollux
Kastor dan Pollux aslinya adalah
dewa Yunani, namun ketika Romawi bertempur melawan Etruska pada 496 SM, para
prajurit Romawi melihat citra Kastor dan Pollux ikut bertempur di pihak Romawi.
Romawi akhirnya menang dan sejak itu bangsa Romawi terus berusaha suapaya
Kastor dan Pollux tetap mmebantu mereka. Orang Romawi membangun kuil yang indah
untuk Kastor dan Pollux supaya kedua dewa itu betah berada di Romawi. Kastor
dan Pollux pun akhirnya menjadi dewa Romawi.
Kastor dan Pollux adalah kembar,
putra Leda, dan saudara Helena dari Troya dan Klitemnestra. Dalam beberapa
versi, Kastor dan Pollux adalah putra Jupiter sehingga mereka berdua abadi.
Dalam versi lainnya, Pollux abadi sedangkan Kastor tidak.
Pemujaan pemimpin :
Jenderal Romawi Pompey, ketika
menaklukan Asia Barat sekitar 50 SM, merasa malu ketika menyadari bahwa
orang-orang di sana menyembahnya sebagai dewa. Mereka berdatangan dari kota
untuk berdoa padanya, bersujud di depannya, membuat patungnya dan menaruhnya di
kuil, serta melakukan persembahan untuknya. Ketika Pompey bertanya, mereka
menjawab bahwa mereka sudah biasa menyembah penguasa sejak masa Aleksander
Agung, sekitar 300 tahun sebelumnya.
Setelah Pompey terbunuh dan
Augustus berkuasa, Augustus membiarkan pemujaan kaisar berlanjut, sehingga
orang-orang di Asia Barat dan Mesir terus menyembah kaisar Romawi sebagai dewa
sampai nantinya mereka dikristenkan pada 300 M. Pada kenyataannya, penyembahan
kaisar adalah salah satu tradisi yang paling sulit dihilangkan dan baru
benar-benar berhenti pada 400 M.
Kita mungkin akan merasa heran
pada orang-orang yang menyembah manusia sebagai dewa, namun sebenarnya praktik
ini tidak seaneh itu. Bangsa Roamwi menyembah banyak dewa, beberapa dewa lebih
kuat dari beberapa yang lain, namun tidak ada satupun dari dewa-dewa itu yang
lebih berkuasa daripada Tuhan yang disembah oleh orang Muslim, Nasrani, atau
Yahudi pada saat ini. Selain itu, banyak pula dewa yang kurang berkuasa. Karena
itu kaisar dipercaya bisa mencapai derajat dewa. Bagi rakyat jelata, kaisar
sama jauhnya dengan para dewa, kaisar sulit ditemui dan tidak sembarang orang
bisa bertemu atau berbicara dengannya. Kaisar juga berkuasa, dia bisa mengirim
makanan jika rakyat menderita kelaparan, dia bisa membangun kanal jika
dibutuhkan, dia bisa membuat seluruh kota dihancurkan jika mau. Pada
kenyataannya, dia melakukan semua hal tersebut lebih sering daripada para dewa.
Karena itulah orang-orang menyembahnya.
D.
Sosial
Kekaisaran Romawi sangat luas sehingga dihuni oleh orang
yang berbeda-beda. Ada banyak cara hidup di Romawi. Ada
beragam jenis keluarga di Kekaisaran Romawi. Secara umum, persamaan kedudukan
pria dan wanita di bawah hukum Romawi agak lebih baik dibandingkan dengan hukum
Yunani atau bahkan hukum Islam. Persamaan gender di Romawi lebih tinggi di
daerah barat, seperti di Eropa dan Afrika Utara, daripada di daerah timur
seperti di Asia Barat, yang meneruskan tradisi-tradisi Yunani.
Orang-orang dari ras dan budaya minoritas kemungkinan merasa
lebih nyaman berada di bawah hukum Romawi. Ada banyak orang berbagai budaya dan
suku yang berinteraksi di kekaisaran sehingga muncul toleransi yang tinggi
terhadap budaya lain. Di pihak lain, hubungan ini kadangkala juga dapat meletus
menjadi kekerasan terhadap kelompok minoritas.
Banyak orang yang menjadi budak di setiap penjuru
kekaisaran, dari awal hingga akhir masa kekaisaran, namun lagi-lagi jenis
perbudakan dan cara budak diperlakukan tergantung lokasi dan waktu saat itu. Di
Italia dan Sisilia, dan mungkin juga di beberapa tempat lainnya, ladang yang
luas diolah oleh budak-budak yang diperlakukan dengan buruk. Namun budak-budak
lainnya menjadi pekerja di rumah, seperti misalnya menjadi pembantu, juru
masak, pencuci, dan pengurus kandang. Jenis budak yang kedua diperlakukan lebih
baik. Banyak juga budak yang dipekerjakan oleh pemerintah, atau oleh bisnis
swasta, atau menjadi manajer, atau mengurus toko, atau di pabrik kecil.
Budak-budak lainnya merupakan penjahat yang dihukum untuk bekerja di tambang
atau kerja paksa lainnya. Bahkan jika merdeka, mantan budak tetap tidak
memiliki hak yang sama seperti halnya orang lain.
Di seluruh kekaisaran, banyak anak lelaki di kota yang pergi
bersekolah. Beberapa anak perempuan bersekolah, namun sebagian besar tidak
diizinkan bersekolah. Di daerah pedesaan, jumlah anak yang bersekolah jauh
lebih sedikit lagi. Yang belajar di perguruan tinggi juga sedikit, karena
jaraknya yang jauh, misalnya di Athena atau di Alexandria.
Anak-anak Romawi memiliki banyak teman, baik di sekolah,
keluarga, atau di lingkungan sekitar mereka. Akan tetapi, lelaki dan gadis dari
keluarga kaya tidak diperbolehkan untuk saling mencintai dengan leluasa karena
biasanya pernikahan dilakukan melalui perjodohan yang diatur oleh keluarga.
Sementara untuk orang miskin, percintaan bisa lebih leluasa.
E.
Arsitektur
Salah satu hal yang terkenal dari
bangsa Romawi adalah kehebatan mereka dalah hal arsitektur. Bangsa Romawi
banyak melakukan inovasi dalam bidang arsitektur, tiga yang terkenal adalah
penggunaan atap melengkung, batu bata, dan semen.
Sekitar 700 SM, bangsa Etruska
memmperkenalkan arsitektur Asia Barat ke Italia, dan mengajarkannya pada bangsa
Romawi. Kini tidak banyak arsitektur Etruska yang tersisa, namun banyak makam
bawah tanah mereka yang masih ada, selain juga reruntuhan kuil-kuil mereka.
Pada periode Republik, bangsa Romawi banyak melaukan
pengembangan pada kota mereka. Mereka membangun saluran air, jalan, dan saluran
pembuangan. Forum dan kuil Romawi juga berkembang. Orang-orang juga membuat
teater dan colosseum untuk permainan para gladiator.
Kaisar pertama Romawi, Augustus,
melakukan lebih banyak perubahan. Dia membangun Altar Perdamaian, pemakaman
untuk keluarganya, dan teater batu yang besar untuk pertunjukan drama. Cucu
tiri Augustus, Tiberius, membangun ulang kuil Kastor dan Pollux di Forum
Romawi. Cicit buyut Augustus, Nero, juga membangun banyak bangunan, termasuk
Istana Emasnya. Pada 69 M, Vespasianus mengambil beberapa material dari Istana
Emas untuk membangun Kolosseum. Putra Vespasianus, Titus, membangun pelengkung
kejayaan, dan putranya Domitianus membangun istana besar untuk dirinya sendiri
di bukit Palatine.
Meskipun Domitianus terbuh pada
96 M, arsitek-arsitek selanjutnya terus menggunakan gaya yang pernah
dikembangkan untuk istananya, karena kaisar-kaisar berikutnya tinggal di istana
Domitianus.
Arsitek-arsitek Trajanus
menggunakan batu bata dan lengungan beton untuk membuat bangunan Forum yang
baru dengan tiang yang besar serta bangunan pasar. Trajanus juaga membangun
pemandian umum besar pertama di kota Roma. Arsiteknya kemungkinan adalah orang
yang sama yang nantinya membangun Pantheon Hadrianus, sebuah kuil untuk semua
dewa. Kuil itu memiliki kubah yang sagat besar, dan tidak ada yang membuat
kubah yang lebih besar dari ini selama lebih dari seribu tahun kemudian.
Di provinsi-provinsi Kekaisaran
Romawi, orang-orang membangun forum, kuil, pemandian umum, dan amfiteater,
meskipun secara umum lebih kecil daripada yang ada di kota Roma. Ada banyak
kota yang sangat terawat di Kekaisaran Romawi. Di Italia ada kota Pompeii,
Ostia, dan Cosa. Sementara di sekitar Mediterania, ada kota Ampurias di Turki,
Caesarea di Israel, Lepcis Magna di Libya, Bulla Regia, Dougga, dan Maktar di
Tunisia, Volubilis di Maroko, dan Italica serta Empurias di Spanyol.
Setelah masa kaisar Hadrianus,
Romawi mulai jarang melakukan penaklukan sehingga harta pemasukan berkurang dan
program pembangunan mulai dihentikan. Namun kaisar Caracalla masih bisa
membangun pemandian umum yang besar di kota Roma pada awal 200-an M, dan di
akhir 200-an M, kaisar Diokletianus membangun pemandian lainnya. Pada awal
300-an M, kaisar Maxentius membangun istana yang besar di luar dinding Roma,
dan basilika di Forum Romawi. Kaisar Konstantinus membangun pelengkung
kejayaan, beberapa gereja, dan memindahkan ibukota Kekaisaran Romawi ke
Konstantinopel (Istanbul). Di sana, dia dan keturunannya membangun lebih banyak
gereja, tempat sirkus, dan istana.
Ø Arsitektur
Etruska
Bangsa Etruska, sekitar 700 SM,
adalah suku bangsa pertama di Italia utara dan tengah yang membangun bangunan
besar dari batu. Mereka belajar dari orang Yunani dan Fenisia untuk membangun
kuil batu besar untuk dewa-dewi mereka. Tidak banyak kuil Etruska yang masih
tersisa. Ini barangkali beberapa kuil dibangun dari kayu dan tanah liat, dan
yang lainnya dihancurkan oleh Romawi ketika mereka menaklukan Etruska. Namun
ada reruntuhan kuil besar Etruska di sebelah barat kota Roma di Veii, dan di
bukit Capitoline di Roma, menghadap Forum Romawi, ada fondasi dari satu kuil
Etruska yang sangat besar.
Kuil Etruska memiliki beberapa
ciri yang mirip dengan kuil Yunani, namun juga memiliki sejumlah perbedaan.
Seperti kuil Yunani, kuil Etruka memiliki ruangan batu, cella, di bagian dalam,
ruangan itu berdiri di atas paltform yang membuatnya berada di atas tanah.
Juga, seperti kuil Yunani, terdapat atap dan tiang berpuncak. Namun di kuil
Etruska, tiangnya hanya di bagian depan, tidak seperti kuil Yunani yang
tiangnya ada di semua sisi. Selain itu, platfrom di kuil Etrusa juga lebih
tinggi, kadang-kadang mencapai dua meter atau bahkan lebih. Tangga pada kuil
Etruska juga hanya terdapat di bagian depan, sedangkan kuil Yunani memiliki
tangga di semau sisi. Kuil Etruska biasanya dibangun dari tufa atau travertin
dan bukan marmer. Kuil Etruska juga seringkali dilengkapi dengan patung tanah
liat di bagian atapnya.
Tidak banyak yang diketahui
mengenai rumah-rumah Etruska, karena dibangundengan kayu dan tanah liat
sehingga tidak tahan lama. Namun bangsa Etruska membangun makam dari batu, dan
mereka senang jika makam mereka mirip dengan rumah, sehingga dapat diperkirakan
bentuk rumah Etruska dari bentuk makamnya. Ada dua pemakaman Etruska utama yang
tlah digali; yang satu disebut Cerveteri dan yang satunya disebut Tarquinia.
Keduanya terletak tak jauh di sebelah utara Roma.
Ø Cerveteri
Bangsa Etruska percaya bahwa
pemakaman harus dipisahkan dari tempat pemukiman manusia. Orang tidak boleh
dikubur di dalam perbatasan sakral kota (pomerium). Mereka ingin supaya kerabat
mereka yang telah mati merasa nyaman. Akhirnya, sekitar 700 SM, bangsa Etruska
membangun kota khusus sebagai tempat pemakaman.
Untuk membangun pemakaman itu,
bangsa Etruska menggunakan batu tufa lembut yang banyak terdapat di Italia
utara. Mereka membangun makam mereka sesuai dengan bentuk rumah mereka, dengan
pintu dan jendela. Di dalam makam mereka membuat ranjang sebagai kuburan bagi
jenazah, lengkap dengan bantal, dan kadang disertai pula dengan kursi.
Tiap makam dapat menampung banyak
jenazah, jadi seseorang dapat dikubur bersama dengan orang tua dan kakek-neneknya.
Di dalam makam, ditaruh pula benda-benda yang dipercaya akan diperlukan oleh
roh orang yang telah meninggal dalam kehidupan selanjutnya, antara lain panci
dan wajan, piring, kendi, tali, pisau, serta lampu minyak.
Seringkali orang Etruska menaruh
guci Yunani, yang dibuat di Korinthos atau Athena dan diekspor ke Italia
melalui kapal laut untuk kemudian dijual kepada orang Etruska. Sebagian besar
guci Yunani yang ada pada masa kini ditemukan di makam-makam Etruska. Akan
tetapi, sebagian besar orang tidak mampu membangun makam besar yang mewah.
Rakyat jelata biasanya dikubur di makam yang lebih sederhana, yang diletakkan
pada dinding batu.
Ø Bangunan
penting
- Akuaduk
- Amfiteater
- Ara Pacis
- Basilika Maxentius
- Basilika
- Forum
- Insulae
- Istana Domitianus
- Istana Emas Nero
- Kolosseum
- Kuil Kastor dan Pollux
- Kuil
- Pantheon Hadrianus
- Pasar Trajanus
- Pelengkung Konstantinus
- Pelengkung Septimius Severus
- Pelengkung Titus
- Pemandian umum Caracalla
- Pemandian umum
- Senat
- Tiang Marcus Aurelius
- Tiang Trajanus
- Vomitarium
F.
Ekonomi
Sebagian besar orang di Romawi adalah petani, dan beberapa
petani adalah budak meskipun sebagian besarnya adalah orang merdeka. Mereka
menanam gandum, barley, zaitun, anggur, apel, bawang, dan seledri. Mereka
biasanya menjual hasil panen mereka di pasar kota. Petani Romawi membayar pajak
sebagian dengan uang, sebagian lagi dengan hail panen. Dengan
uang dari penjualan hasil panen, para petani bisa membeli makanan, pakaian, dan
barang-barang lainnya. Mereka juga membeli hewan untuk dipersembahkan pada
dewa.
Banyak petani tinggal di desa kecil, namun banyak juga yang
tinggal di kota yang agak besar, dan pergi ke ladang mereka setiap hari. Di
desa, orang-orang kebanyakan tinggal di bangunan dari batu bata yang dilengkapi
halaman. Orang yang tinggal di kota biasanya tinggal di bangunan apartemen
kecil tanpa halaman dan dapur, sehingga mereka harus membeli makanan di
pedagang jalanan atau restoran.
Orang kaya beserta budak-budak mereka juga tinggal di kota.
Beberapa dari orang kaya ini adalah tuan tanah, yang menyewakan tanah mereka
pada para petani miskin, atau menyuruh budak untuk mengurusnya. Beberapa orang
kaya menjalankan bisnis pembuatan pakaian atau peralatan. Beberpa orang yang
lebih miskin menajdi pengajar, dokter, pemabawa air, atau pengemis. Kaum perempuan
menjual barang-barang di toko, menjadi penjahit, atau mengemis. Perempuan
biasanya tidak menjadi pengajar di sekolah.
Bangsa Romawi juga melakukan perdagangan dengan
bangsa-bangsa lainnya. Mereka menyeberangi Laut Tengah untuk membeli papirus
dari Mesir, kaca dari Fenisia, daging babi dan garam dari Austria, timah dari
Inggris, saus ikan, alat masak, dan piring dari Afrika Utara, dan minyak zaitun
dari Spanyol. Bahkan petani biasa mampu membeli banyak dari benda-benda
tersebut.
Beberapa pedagang bahkan pergi lebih jauh, ke Samudra Hindia
atau menyebrangi Asia Barat, untuk berdagang dengan orang india dan memperoleh
kapas, kayu manis, bumbu-bumbu, dan bahkan sutra yang datang dari Tiongkok.
Benda-benda ini tergolong mahal dan hanya mampu dibeli oleh golongan orang
kaya.
G.
Filsafat
Orang Romawi mulai mempelajari filsafat sejak sekitar 200
SM. Ketika itu, bangsa Romawi menaklukan Yunani, karena itu banyak prajurit dan
jendral Romawi yang melakukan kontak dengan para filsuf Yunani.
Orang Romawi menyadari bahwa filsuf Yunani semacam Sokrates,
Plato, dan Aristoteles telah banyak berkontribusi untuk filsafat. Beberapa
orang Romawi menjadi tertarik, dan pada sekitar 50 SM, orang Romawi mulai
menulis filsafat mereka sendiri, meskipun sebagian besarnya masih merupakan terjemahan
dari bahasa Yunani ke bahasa latin. Perempuan tidak diperbolehkan belajar
filsafat.
Salah satu orang Yunani yang menulis mengenai filsafat
adalah Lucretius. Dia mengikuti pandangan filsafat Epikurean Yunani. Dia
menulis sebuah syair panjang berjudul Sifat Benda, yang menjelaskan
mengenai filsafat Epikurean dalam bahasa latin untuk orang yang tidak bisa
berbahasa Yunani.
Filsuf Yunani lainnya adalah Cicero, yang menulis filsafat
pada waktu yang hampir sama dengan Lucretius. Cicero merupakan filsuf yang
skeptis. Seperti orang Skeptis lainnya, Cicero berpikir bahwa kita harus
mempertanyakan setiap gagasan atau fakta yang kita dapatkan, dan harus selalu
bertanya, "Bagaimana mereka tahu itu?" atau "Bagaimana mereka
yakin?" atau "Bagaimana dengan hal lainnya?". Cicero mencoba
menggunakan filsafat untuk membuat manusia berpikir lebih logis, supaya mereka
bisa lebih baik dalam membuat keputusan dalam pemerintahan. Namun Cicero juga
memegang beberapa gagasan Stoik, terutama bahwa manusia harus mencoba menjadi
sebaik mungkin.
Kira-kira seratus tahun kemudian, pada masa kaisar Claudius
dan Nero, seorang filsuf bernama Seneca menulis essai mengenai filsafat Stoik.
Seneca beranggapan bahwa manusia tidak boleh menghabiskan waktu untuk hal-hal
yang tidak penting. Manusia seharusnya mempergunakan waktunya dengan baik,
membuat dunia menjadi lebih baik, dan memperluas pemikiran dengan mempelajari
filsafat.
Pada masa-masa akhir Kekaisaran Romawi, banyak pria dan
wanita yang mulai berpikir tentang dunia dalam sudut pandang Nasrani. Santo
Augustine dan Santo Ambrose mempelajari filsafat dari masa sebelumnya dan berusaha
menciptakan filsafat Nasrani yang bisa mencakup gagasan Nasrani maupun filsafat
Yunani dan Roamwi. Setelah Kekaisaran Romawi runtuh, orang-orang tetap berpikir
mengenai gagasan tersebut, bahkan ada beberapa perempuan juga. Baik di
Kekaisaran Islam maupun Eropa Abad pertengahan, orang-orang seperti Maimonides
dan Dante terus berusaha menyatukan agama dengan filsafat.
H.
Pengetahuan
Pencapaian ilmu pengetahuan
Romawi kebanyakan terjadi dalam bidang pengobatan dan teknik. Bangsa Romawi
menemukan banyak cara baru untuk menambang barang-barang mineral seperti emas
dan timah. Mereka juga mengembangkan instalasi air dan penggilingan
biji-bijian. Dan mereka adalah bangsa pertama yang menggunakan beton untuk
membuat bangunan. Penggunaan beton membantu mereka untuk lebih mengembangkan
kubah dan bentuk-bentuk bangunan lainnya. Bangsa Romawi juga menggunakan
kemampuan mereka dalam bidang teknik untuk membangun sistem pembuangan kotoran
untuk menjaga kota tetap bersih dan sehat.
Orang Romawi di Foenikia
menemukan gelas tiup, selain itu tembikar cetak dan lampu minyak petama kali
dibuat pada masa Romawi. Bangsa Romawi tidak mengalami banyak perkembangan
dalam bidang matematika, namun mereka berhasil menciptakan sistem penulisan
angka mereka sendiri.
Ø Pengobatan
Bangsa Romawi pertama kali
mempelajari ilmu pengobatan dari bangsa Yunani. Faktanya, sebagian besar dokter
Romawi berasal dari Yunani, atau merupakan keturunan Yunani. Seperti bangsa
Yunani, bangsa Romawi percaya pada empat cairan (empedu hitam, empedu kuning,
lendir, dan darah) dan metode pengobatan dengan cara pengeluaran darah. Dokter
Romawi yang paling penting adalah Galen, yang hidup pada tahun 100-an Masehi
dan menulis sebuah buku tentang pengobatan. Buku Galen tersebut (sebenarnya
merupakan versi pendeknya) menjadi buku pengobatan utama yang digunakan oleh
para dokter di Eropa selama ratusan tahun berikutnya. Galen mengulangi banyak
penelitian Hippokrates mengenai empat cairan, namun dia juga menambahkan banyak
sekali hasil penelitiannya tentang tubuh manusia. Galen mempelajari bagian
dalam tubuh manusia dengan cara memeriksanya langsung. Biasanya dia mengamati
tubuh prajurit atau gladiator yang terluka. Dan dia memebdah banyak hewan untuk
mengetahui cara kerja tubuh mereka. Galen tentunya mengetahui tentang anatomi
lebih banyak daripada Hippokrates. Galen memahami bahwa darah dialirkan ke
seluruh tubuh oleh jantung. Dan dia sudah mengungkap bahwa saraf mengendalikan
gerakan tubuh, dan bahwa manusia berpikir menggunakan otak. Namun dia tidak
membuat banyak kemajuan dalam hal metode pengobatan terhadap manusia. Dia masih
berpikiran bahwa metode pengeluaran darah adalah cara yang baik.
Ø Angka
Romawi
Bangsa Romawi mempergunakan beberapa sistem berbeda untuk
penulisan angka. Kadang mereka menulis angka seperti ini: I, II, III, IV, V dan
di lain waktu mereka mempergunakan angka Yunani. Angka Romawi tidak selalu
ditulis dengan cara yang sama. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan angka
Roamwi.
Lambang
|
Nilai
|
I
|
1
|
II
|
2
|
III
|
3
|
IV (atau IIII)
|
4
|
V
|
5
|
VI
|
6
|
VII
|
7
|
VIII
|
8
|
IX (atau VIIII)
|
9
|
X
|
10
|
XI
|
11
|
XIV
|
14
|
XIX
|
19
|
XX
|
20
|
XXX
|
30
|
XL
|
40
|
L
|
50
|
LX
|
60
|
XC
|
90
|
C
|
100
|
CC
|
200
|
CD
|
400
|
D
|
500
|
DC
|
600
|
CM
|
900
|
M
|
1000
|
Jadi, MMIII adalah 2003, dan XXIV
adalah 24, dan CLVII adalah 157. Menaruh angka yang lebih besar seperti V
setelah angka yang lebih kecil seperti I berarti V dikurangi I atau 5 dikurangi
1 yang berarti 4.
Berikut ini adalah beberapa
contoh lainnya:
- 314 = CCCXIV
- 26 = XXVI
- 1975 = MCMLXXV
- 2010 = MMX
Dengan sistem penulisan seperti
ini, anak-anak Romawi mengalami kesulitan ketika melakukan perkalian,
pembagian, atau penambahan angka dalam jumlah besar. Karena itu, anak-anak
Romawi, bahkan anak-anak yang bersekolah, tidak melakukan perkalian dan
pembagian angka besar di kertas, tetapi mereka menghafal tabel perkalian. Untuk
angka-angka besar, mereka mempergunakan papan hitung atau abacus. Tetapi banyak
perkalian dan pembagian angka besar biasanya dilakukan oleh orang Romawi yang
ahli, bukan oleh orang biasa.
Ø Saluran
pembuangan
Di kora-kora besar, orang-orang sering sakit karena meminum
air yang telah terkontaminasi kotoran manusia. Untuk menyelesaikan masalah ini,
banyak kota di Romawi yang membangun akuaduk untuk menyediakan air bersih dari
perbukitan di dekitar kota. Peemrintah juga membangun jamban umum dan saluran
pembuangan untuk mengalirkan kotoran dan membuangnya ke sungai. Ada juga toilet
umum yang memiliki jamban untuk banyak orang sekaligus. Beberapa saluran
pembuangannya masih dipergunakan hingga saat ini.
I.
Seni dan Sastra
Seni Romawi berkembang dari seni bangsa Etruska, karenanya
pada masa awal, seni Romawi sangat mirip dengan seni Etruska. Maka dari itu,
seni Romawi juga berhubungan erat dengan seni Yunani. Roamwi baru memiliki seni
dengan ciri khas sendiri sejak sekitar tahun 500 SM dengan berdirinya Republik
Romawi. Bangsa Yunani lebih tertarik pada konsep yang ideal, yaitu
makhluk-makhluk yang indah dan sempurna, sedangkan bangsa Romawi lebih tertarik
pada realitas. Bangsa Romawi senang membuat patung yang menggamabarkan tokoh
tertentu dengan sangat mirip dan realistis.
Banyak orang Romawi juga percaya bahwa membuat wajah yang
bagus pada patung seseorang akan membuat arwah mereka tenang setelah mati dan
tidak bergentayangan. Sehingga, selama masa Republik dan Kekaisaran Romawi,
banyak sekali patung yang dibuat.
Sekitar tahun 200 SM, Romawi mulai menaklukan Yunani, dan
hal ini sangat mempengaruhi gaya seni mereka. Ketika pasukan Romawi memasuki
Yunani, mereka melihat banyak sekali karya seni di kuil, di pemakaman, di alun-alun
kota, dan di rumah-rumah. Mereka sangat mengagumi karya seni Yunani. Bangsa
Romawi pun mengambil banyak karya seni Yunani, baik dengan cara membelinya,
mencurinya, atau kadang memeprolehnya dari orang Yunani sebagai hadia). Bangsa
Romawi juga banyak membawa pematung Yunani (kadang dengan cara memperbudak
mereka) ke Romawi supaya mereka bisa membuat lebih banyak karya seni untuk
Romawi.
Seni Romawi pada abad pertama dan kedua Masehi masih
meneruskan gaya dari masa sebelumnya. Namun seniman Romawi mulai menambahkan
fungsi seni sebagai propaganda untuk menunjukkan pada rakyat Romawi apa yang
diinginkan oleh kaisar untuk diketahui atau dipikirkan oleh rakyatnya, beberapa
contohnya adalah Pelengkung Titus dan Tiang Traianus.
Ada banyak lukisan dinding pada masa ini. Lukisan dinding
pada abad pertama Masehi kadang dibagi menjadi beberapa gaya berbeda. Gaya
pertama adalah lukisan dinding yang membuat dinding rumah nampak seperti dibuat
dari marmer, meskipun pada kenyataannya itu dibuat dari bahan yang jauh lebih
murah dariapda marmer. Gaya kedua adalah lukisan dinding yang dihiasi dekorasi
bunga, burung, tanaman, atau buah-buahan. Gaya ketiga adalah lukisan dinding
yang dihiasi gambar-gambar manusia. Di salah satu vila di kota Pompeii,
ditemukan adanya lukisan dinding dengan gambar orang-orang (dalam ukuran
sebenarnya) yang sedang mengobrol dan duduk. Selain itu, ada pula berbagai
variasi lainnya. Bangsa Galia menggabungkan gaya seni mereka dengan gaya
Romawi. Begitu juga bangsa Briton, Spanyol, Kartaghe, Punisia, dll.
Pada abad ketiga Masehi, beberapa konsep baru bermunculan
dalam seni Romawi. Yang pertama adalah peperangan dengan kaum Jerman di utara.
Hal ini ikut diabadikan dalam seni (kadang dengan gaya yang berlebihan),
seperti misalnya pada Tiang Markus Aurelius, yang memperlihatkan orang-orang
yang kepalanya dipotong atau isi perutnya dikeluarkan. Contoh lainnya adalah
Pelengkung Severus. Yang kedua adalah penggunaan bor yang mulai menggantikan
pahat. Hal ini membuat pembuatan patung menjadi lebih mudah dan cepat. Patung
Romawi pun terlihat berbeda. Yang ketiga adalah meningkatnya perhatian ada
jiwa, mungkin akibat pengaruh agama Nasrani. Hal ini ditunjukkan dengan
patung-patung yang lebih menekankan pada mata (jendela jiwa), kadang dengan
pandangan ke atas (surga). Bagian tubuh pun dianggap kurang penting sehingga
para pematung kadang membuat bagian tubuh lainnya secara tidak akurat, kadang
tangan dan kakinya terlalu pendek, atau kepalanya terlalu besar. Gaya ini terus
berlanjut sampai kejatuhan Romawi.
Kekaisaran Romawi bertahan selama
lebih dari seribu tahun, jadi banyak tulisan yang dihasilkan oleh orang Romawi.
Bahasa Latin, sebagai bahasa orang Romawi, ditulis memakai alfabet yang
diadaptasi dari alfabet Yunani dengan beberapa perubahan. Alfabet Latin atau
Romawi pada dasarnya merupakan alfabet yang digunakan oleh banyak bangsa di
dunia pada saat ini, termasuk di Indonesia. Untuk penggunaan di masa sekarang,
alfabet Romawi ditambahi dnegan huruf J, U, dan W.
Nama :
Al – Donna Z. K. 114284015
0 komentar:
Posting Komentar