Rabu, 16 September 2015

Sejarah Stasiun Gubeng Surabaya

Diposting oleh Pernak Pernik Sejarah di 18.03

Stasiun gubeng Surabaya sudah ada sejak zaman kolonial. Berdasarkan sejarah yang ada, Stasiun Gubeng Surabaya mulai dibangun sekitar tahun 1870 ketika jalur kereta api Surabaya-Malang dan Pasuruan mulai dirintis. Awalnya, pembangunan stasiun ini bertujuan untuk mengangkut hasil bumi dan perkebunan dari daerah pelosok Jawa Timur, khususnya dari Malang, ke Pelabuhan Tanjung Perak yang juga mulai dibangun sekitar tahun itu.
Pada tahun 1878, Stasiun Gubeng dibangun oleh perusahaan kereta api Staats Spoorwagen (SS). Pada masa itu, stasiun ini dipergunakan untuk mengangkut tentara Belanda yang akan dikirim ke berbagai daerah yang mengalami gejolak perlawanan dari kaum pribumi khususnya di sekitar Surabaya dan Pulau Jawa. Stasiun ini kemudian menjadi gerbang untuk memobilisasi tentara Belanda ke sejumlah daerah atau mengirimkan bantuan pasukan untuk menghadapi pemberontakan.
Stasiun ini merupakan stasiun KA terbesar di Surabaya dan merupakan tempat keberangkatan utama semua KA dari Kota Surabaya (kecuali KA yang melewati jalur utara via Semarang yang diberangkatkan dari Stasiun Pasarturi). Stasiun Surabaya Gubeng pertama kali dibangun di sisi barat rel KA. Gedung seperti terlihat di foto bawah ini dibangun pada tahun 1897. Atap diatas peron direnovasi pada tahun 1905 dan atap diatas pintu masuk direnovasi pada tahun 1928. Pada pertengahan dekade 1990-an, bangunan baru Stasiun Gubeng dibangun di sisi timur rel KA dengan arsitektur lebih modern dan lebih luas. Tetapi gedung tua yang di sisi barat ini masih digunakan terus sebagai gedung sambilan sampai kini. Pohon didepan stasiun sekarang sudah dewasa.

Surabaya sudah menjadi kota dengan gelar Gemeente ( kotamadya) pada tahun 1905. Maka dari itu untuk menunjang transportasi dibangunlah stasiun gubeng Surabaya. Berdasarkan sejarahnya, Stasiun gubeng Surabaya dibangun ketika jalur kereta api Surabaya-Malang dan Pasuruan mulai dirintis sekitar tahun 1870. Tujuannya untuk mengangkut hasil bumi dan perkebunan dari daerah pedalaman Jatim, khususnya dari Malang, ke Pelabuhan Tanjung Perak yang juga mulai dibangun sekitar tahun itu. Gedung ini diresmikan pada tanggal 16 Mei 1897.
Arsitektur Stasiun Gubeng Surabaya
Stasiun gubeng lama dibangun tahun 1897. Gaya arsitektur masih dipengaruhi oleh kolonila Belanda. Sebagai salah satu negara yang pernah menduduki Indonesia selama 350 tahun, secara langsung dan tidak langsung ciri arsitektur Indonesia terpengaruh oleh ciri arsitektur Belanda. Arsitektur kolonial Belanda di Indonesia sampai sekarang masih banyak mendominasi pemandangan kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya.
Stasiun Gubeng lama sendiri mengadopsi dari arsitektur “Empire Style” (gaya imperial). Berikut ini berbagai ciri dari arsitektur gaya imperial :
 penggunaan banyak gevel pada bagian depannya.
 warna dominan putih.
atap datar.
 penggunaan pilar-pilar pada pintu masuk atau tempat strategis lainnya.
 volume bangunan yang berbentuk kubus.
Karakter arsitektur bangunan pintu utama Stasiun Gubeng Lama tampak begitu kokoh namun terkesan terbuka karena di sampingnya berjejer jendela-jendela lengkung yang berderet di sepanjang teras. Jendela-jendela tersebut dihiasi jalusi dengan ornamen berpola floral yang merupakan ciri seni dekorasi Art Noveau yang populer pada akhir abad 18.

Gaya imperial pertama kali dipopulerkan oleh orang belanda bernama daendles. Perkembangan gaya imperial disurabaya dimulai dengan pembangunan gedung bekas tempat “penguasa Jawa bagian Timur” (gezaghebber) di daerah Simpang (sekarang Jl. Pemuda), dimana ia sering menginap disana. Gedung tersebut dibangun dengan gaya “Indische Empire”. Setelah pembangunan gedung ini ribuan bangunan di Surabaya dibangun dengan gaya “Indische Empire”. Sebagai contoh misalnya: Gedung “Raad van Justitie” (dibangun th. 1890 an), yang merupakan gedung pemerintahan penting di Surabaya juga bergaya arsitektur “Indische Empire”. Gedung pemerintahan lain, seperti Kantor Pos & Tilgram24 yang lama (dibangun th 1908) di Jl. Bibis no.60 juga dibangun dengan gaya “Indische Empire” Ternyata pengaruh arsitektur dengan gaya “Indische Empire” tersebut sangat populer sepanjang abad ke 19.

0 komentar:

Posting Komentar

Entri Populer

 

My colorful world (Al - Donna Zahra Khairani) Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review