Rabu, 16 September 2015

PENDEKATAN ILMU SOSIAL DALAM METODOLOGI SEJARAH

Diposting oleh Pernak Pernik Sejarah di 18.44 0 komentar

1. KONSEP DAN PERSFEKTIF SEJARAH
Teori dan metodologi sebagai bagian pokok ilmu sejarah mulai diketengahkan apabila penulisan sejarah tidak semata-mata bertujuan menceritakan kejadian tetapi bermaksud menerangkan kejadian itu dengan mengkaji sebab-sebabnya, kondisi lingkungannya, konteks sosio-kulturalnya, pendeknya, hendak diadakan analisis secara mendalam tentang faktor-faktor kausal, kondisional, kontekstual serta unsur-unsur yang merupakan komponen dan eksponen dari proses sejarah yang dikaji. Langkah yang sangat penting dalam membuat analisis sejarah ialah menyediakan suat kerangka pemikiran atau kerangka referensi yang mencakup pelbagai konsep dan teori yang akan dipakai dalam membuat analisis tersebut. Metodologi dalam studi sejarah menuntut penyesuaian yang akan terwujud sebagai perbaikan kerangka konseptual dan teoretis sebagai alat analitis. Hal ini dapat dilakukan dengan meminjam pelbagai alat analitis dari ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, antropologi, politikologi, dan lain-lain.
Ilmu sejarah bersifat empiris, oleh karena itu sangat penting untuk berpangkal pada fakta-fakta yang tersaring dari sumber sejarah, sedangkan teori dan konsep hanya merupakan alat-alat untuk mempermudah analisis san sintesis sejarah.
Sejarah dalam arti “subjektif” merupakan rekonstruksi peristiwa sejarah yakni hasil dari penelitian yang kemudian dituliskan. Sejarah dalam arti “objektif” menunjuk kepada kejadian atau peristiwa itu sendiri yakni proses sejarah dalam aktualitasnya.
Sejak ilmu diplomatik diciptakan oleh Mabillon (1632-1707) pemakaian dokumen sebagai sumber sejarah memerlukan kritik intern dan kritik ekstern. Kritik ekstern ialah dengan meneliti apakah dokumen itu autentik, yaitu kenyataan identitasnya: artinya bukan tiruan, turunan atau palsu. Hal ini dilakukan dengan meneliti bahan yang dipakai, jenis tulisan, gaya bahasa, dan sebagainya. Kritik intern ialah dengan meneliti isinya, apakah isi pernyataan, fakta-fakta dan ceritanya dapat dipercaya. Untuk itu, perlu diidentifikasi penulisnya, beserta sifat dan wataknya, daya ingatannya, jauh dekatnya dengan peristiwa dalam waktu, dan sebagainya.
Hasil kritik-kritik sumber ialah fakta yang merupakan unsur-unsur bagi penyusunan atau rekonstruksi cerita sejarah. Fakta sebenarnya merupakan produk dari proses mental (sejarawan) atau memorisasi. Oleh karenanya, fakta itu bersifat subjektif. Fakta yang belum mantap untuk jangka waktu lama disebut fakta lunak (soft fact), misalnya fakta tentang pembunuhan J.F. Kennedy. Masih kontroversial tentang siapa pembunuhnya. Sedangkan fakta keras (hard fact) antara lain Proklamasi Republik Indonesia pada 17 agustus 1945.

2. REKONSTRUKSI SEJARAH
Sejarah sebagai satu konstruksi merupakan satu kesatuan yang koheren (adanya saling keterkaitan antar unsur-unsur yang membentuk kesatuan). Periodisasi atau pembabakan waktu adalah salah satu proses strukturasi waktu dengan pembagian atas beberapa babak, zaman, atau periode berdasarkan kriteria tertentu, seperti ciri-ciri khas yang ada pada periode tertentu.
Di dalam historiografi Indonesia, antara lain dalam Babad Tanah Jawi, juga terdapat pembagian zaman yang dimulai dari zaman nabi-nabi, zaman munculnya tokoh-tokoh pewayangan, mitis, lalu diikuti zaman kerajaan-kerajaan. Kesemuanya itu merupakan bentuk-bentuk periodisasi sebagai usaha menstrukturasi waktu.
Dalam historiografi Barat, periodisasi yang amat populer ialah yang disusun oleh Cellarius (1638-1707). Pembabakan Sejarah Barat atas tiga periode menurutnya adalah: (1) Zaman Kuno (-500); (2) Abad Pertengahan (500-1500); dan Zaman Modern (sejak 1500). Dalam sejarah politik, ada kebiasaan membuat periodisasi berdasarkan pemilihan caesuur (penetapan pemisahan) pada tahun peristiwa penting, antara lain akhir perang, awal revolusi, awal suatu periode pemerintahan, dan sebagainya. Misalnya Revolusi Prancis (1789) dianggap sebagai awal periode moderen, ditinggalkannya monarki absolut dan dimulainya periode liberalisme, demokrasi, dan nasionalisme.
Setiap unit sejarah senantiasa memiliki lingkup temporal dan spasial (waktu dan ruang). Ruang lingkup temporal mempunyai batasan yaitu awal perkembangan gejala sejarah dan akhirnya, misalnya dalam biografi kelahiran dan kematian seorang tokoh. Ruang lingkup spasial juga memiliki batasan, misalnya dalam sejarah perang ialah seluruh wilayah yang dipakai sebagai medan perang. Untuk suatu negara, batasan spasialnya ialah wilayah kekuasaannya. Sehubungan dengan hal tersebut, ilmu sejarah memerlukan bantuan geografi.
Konsep sistem banyak dipakai dalam ilmu sosial yang mempunyai perspektif sinkronis terhadap suatu gejala. Sementara di dalam sejarah, konsep sistem hanya dipakai sebagai alat analisis dan sintesis, terutama dalam menunjukkan saling hubungan antara unsur-unsur atau dimensi-dimensi yaitu bagaimana saling pengaruh-mempengaruhi antara faktor ekonomi, sosial, politik dan kultural. Pelacakan bagaimana terjadinya atau jalannya perkembangan di masa lampau dilakukan dengan pendekatan diakronis.
Apabila objek studi sejarah ditujukan pada suatu masyarakat atau lembaga sosial, maka untuk melacak perkembangan historis strukturnya diperlukan pendekatan sinkronis dan diakronis. Contoh: Bagaimana struktur feodal masyarakat abad pertengahan di Eropa kemudian berubah menjadi masyarakat abad ke-19 dengan kelas menengah atau kaum borjuis yang mempunyai kedudukan penting? Disini sejarah struktural dengan pendekatan rangkap dapat melakukan analisis dan mengungkapkan perubahan sosialnya.
Seringkali Present-mindedness menjadi panduan untuk menyeleksi permasalahan di masa lampau. Melaksanakan pandangan masa kini sebagai alat pengukur tentang masa lampau sebaiknya dihindari. Contoh: Negara Majapahit dipandang sebagai negara nasional. Disini konsep negara nasional yang moderen diterapkan atas kerajaan kuno, tidak disadari bahwa struktur dan sistem politiknya sangat berbeda. Oleh karena itu, sejarawan perlu memiliki historical-mindedness, yakni kemampuan untuk menempatkan suatu gejala sejarah sesuai dengan suasana dan iklim kebudayaan masanya, sehingga dapat dihindari kesalahan yang disebut anakronisma, yakni mencampurbaurkan zaman suatu gejala dengan zaman lain.
Dalam menghadapi gejala-gejala sejarah yang beraneka ragam tetapi menunjukkan kemiripan, perlu diadakan kategorisasi, penggolongan atau tipologisasi, misalnya kota-kota pelabuhan, pemberontakan petani, kota-kota dan lain-lain.
Peranan ilmu sosial dalam penyeleksian data dan fakta, terutama teori-teori dan konsep-konsepnya sangat penting. Kedua jenis alat analitis itu memudahkan kita mengatur seluruh substansi penulisan naratif dengan segala unsur-unsurnya seperti fakta, subfakta, struktur dan proses, faktor-faktor, dan lain lain. Tanpa kerangka teoretis dan konseptual tidak ada butir-butir referensi untuk membentuk naratif, eksplanasi dan argumentasi.
Multidimensionalitas gejala sejarah perlu ditampilkan agar gambaran menjadi lebih bulat dan menyeluruh sehingga dapat dihindari kesepihakan atau determinisme. Yang penting dari implikasi metodologis ini ialah bahwa pengungkapan dimensi-dimensi memerlukan pendekatan yang lebih kompleks yakni pendekatan multidimensional. Sejarawan yang akan menerapkan metodologi ini perlu menguasai pelbagai alat analitis yang dipinjam dari ilmu sosial.
Dalam penulisan sejarah lazim dibedakan menjadi dua macam sejarah yaitu (1) Sejarah prosesual (sejarah deskriptif-naratif), ialah penulisan sejarah yang menggambarkan kejadian sebagai proses, yang dicakup dalam uraian naratif atau cerita untuk mengungkapkan bagaimana suatu peristiwa terjadi, lengkap dengan fakta-fakta tentang “apa”, “siapa”, “kapan”, dan “dimana”; (2) Sejarah struktural (sejarah deskriptif-analitis), ialah penulisan sejarah yang menerangkan kausalitasnya atau menjawab pertanyaan “mengapa”.
F. Braudel (seorang sejarawan) menyebut sejarah struktural dengan istilah “sejarah jangka panjang” (longue durěe) karena mencakup perubahan struktur masyarakat dan lingkungan yang terjadi secara lambat laun. Menurut dia, di antara sejarah prosesual dan sejarah struktural terdapat sejarah konjunktural (conjuncture) yang menggambarkan “gelombang” gerakan perkembangan sejarah, terutama di bidang sejarah ekonomi, antara lain dengan gerakan tingkat harga-harga, fluktuasi produksi, dan sebagainya. Penulisan sejarah konjunktur dan struktural bersifat analitis dan perlu mempergunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial beserta teorinya.
Menurut mazhab L. Von Ranke pada akhir abad ke-19 penulisan sejarah tidak lagi dilakukan secara konvensional, yaitu sejarah yang empiris positif dalam bentuk deskriptif-naratif, tetapi perlu lebih banyak diterapkan penulisan sejarah deskriptif-analitis dengan pendekatan ilmu-ilmu sosial atau multidimensional. Reaksi terhadap aliran penulisan sejarah konvensional dilancarkan pada awal abad ke-19 oleh mazhab “Annales” dari Marc Bloch dan aliran “the New History” yang dipimpin oleh Robinson. Kedua aliran ini mengungkapkan dimensi-dimensi non politik. Penulisan sejarah harus memenuhi kaidah (1) struktur logis, dan (2) objektif.
3. SEJARAH DAN ILMU SOSIAL
Kedudukan sejarah dan ilmu-ilmu sosial (bahasa, geografi, ekonomi, sosiologi, ilmu politik, antropologi) adalah saling memerlukan dan saling memberikan kontribusi. Dalam hal ini, penelitian dan penulisan sejarah senantiasa memerlukan bahasa sebagai sarana primer untuk mengungkapkan data, analisis, dan kesimpulan yang terkait dengan seluruh aspek yang terkait dengan manusia dan waktunya. Penyajian hasil penelitian sejarah dalam tulisan disajikan dengan memenuhi hal-hal berikut:
·         Generalisasi dicapai lewat analisis, sedangkan gambaran yang khusus diperoleh lewat narasi. Generalisasi lebih bersifat kuantitatif sedangkan gambaran khusus lebih kualitatif. Hubungan antara pelbagai gejala ditentukan berdasarkan hubungan kausalitas, jadi terumuskan sebagai eksplanasi, sedangkan hubungan kualitatif dirumuskan dengan menggunakan interpretasi (tafsiran).
·         Rapproachement antara ilmu sosial dan sejarah terutama terwujud pada perubahan metodologi. Pembaruan metodologi tahap pertama terjadi karena pengaruh ilmu diplomatik sejak Mabillon, sedangkan pembaruan tahap kedua terjadi karena pengaruh ilmu sosial.
·         Implikasi besar dari perkembangan itu ialah bahwa setiap research design memerlukan kerangka referensi yang bulat, yaitu memuat alat-alat analitis yang akan meningkatkan kemampuan untuk menggarap data. Oleh karena itu, pengkajian sejarah memerlukan teori dan metodologi.
·         Ruang di dalam geografi distrukturasikan berdasarkan fungsi-fungsi yang dijalankan menurut tujuan atau kepentingan manusia selaku pemakai. Unit-unit fisik yang dibangun menjadi unsur struktural fungsional dalam sistem tertentu, ekonomi, sosial, politik, dan kultural. Struktur dan fungsi bermakna di dalam konteks tertentu, yaitu tidak terlepas dari jiwa zaman atau gaya hidup masanya.
·         Pada hakikatnya sejarah dan antropologi mempelajari objek yang sama, yakni tiga jenis fakta: artifact, socifact dan mentifact. Artifact sebagai benda fisik adalah konkret dan merupakan hasil buatan. Artifact menunjuk kepada proses pembuatan yang telah terjadi di masa lampau. Socifact menunjuk kepada kejadian sosial (interaksi antar aktor, proses aktifitas kolektif) yang telah mengkristalisasi sebagai pranata, lembaga, organisasi, dan sebagainya. Untuk memahami struktur dan karakteristik socifact perlu dilacak asal-usulnya, proses pertumbuhannya sampai wujud sekarang. Artinya, segala sesuatu dan keadaan yang kita hadapi dewasa ini tidak lain ialah produk dari perkembangan di masa lampau, yakni produk sejarah.
4. KATEGORI SEJARAH
Berikut ini adalah kategori penulisan sejarah yang disesuaikan dengan zamannya.
·         Gagasan menulis sejarah sosial muncul pada abad ke-20 sebagai reaksi terhadap dominasi sejarah politik selama abad ke-19.
·         Herodotus menulis sejarah perang Parsi yang mencakup segala aspek kehidupan masyarakat Athena, mulai dari aspek ekonomi, sosial, politik sampai segi kultural.
·         Trevelyan, pengarang English Social History, melukiskan pelbagai keseluruhan sejarah masyarakat tanpa mencantumkan perkembangan kehidupan politik.
·         Max Weber dan Emile Durkheim dalam karya-karya awalnya menulis tentang pelbagai aspek perkembangan masyarakat, mengikuti jejak gurunya masing-masing, ialah K. Lamprecht dan Fustel de Coulange.
·         Marc Bloch dan Febvre beserta mazhabnya “Annales” menulis sejarah sosial dengan menerbitkan Feudal Society.
·         Di Amerika Serikat, Turner menjadi pelopor dengan karyanya tentang penafsiran ekonomis UUD Amerika. Kemudian pada tahun dua puluhan Robinson menonjolkan The New History, yakni sejarah yang ditulis dengan pendekatan yang meliputi pelbagai aspek kehidupan masyarakat.
·         Dalam abad ke-19, sejarah politik sangat menonjol sehingga dikenal sebagai abad nasionalisme dan formasi negara nasional di Eropa Barat. Sejarah politik abad ini diawali oleh Thucydides yang menulis Perang Peloponesia, dan sejak saat itu tradisi penulisan sejarah didominasi oleh sejarah politik.
·         Voltaire, seorang filsuf Prancis (1694-1778) menulis sejarah kebudayaan dunia pertama dengan judul Essai sur les moeur et l’esprit des nations (karangan tentang adat-istiadat dan jiwa bangsa-bangsa). Disini dipakai istilah “jiwa” tidak lain untuk mencakup konsep mentalitas, semangat atau etos dari bangsa-bangsa.



Benarkah Indonesia Pernah Dijajah Belanda Selama 350 Tahun?

Diposting oleh Pernak Pernik Sejarah di 18.41 0 komentar
"Belanda yang (konon) pernah menjajah Indonesia selama 350 tahun" Mitos ini agaknya perlu dibongkar dan dikritisi sehingga ada pelurusan sejarah bagi bangsa ini. Sebab, selama berpuluh tahun kita telah dicekoki dengan informasi yang tak jelas, bahkan tak bisa dipertanggungjawabkan secara historis maupun akademis.

Entah siapa yang mengawali, tetapi kita kebanyakan turut larut dalam opini tentang mitos penjajahan Belanda di negeri ini. Selama berpuluh tahun para pelajar dan mahasiswa mempelajari tentang penjajahan bangsa-bangsa Eropa atas Indonesia lewat mata pelajaran Sejarah. Bahkan dalam teks pidato para pejabat, saat peringatan kemerdekaan, selalu terungkap adanya penjajahan Belanda selama 350 tahun di Indonesia. Ironisnya, pemerintah sendiri tak merasa risih dengan doktrin yang menyatakan bahwa Indonesia pernah dijajah Belanda selama 350 tahun.

Jika kita membuka kembali catatan sejarah, hitungan (angka) yang menyatakan Indonesia pernah dijajah Belanda selama 350 tahun diduga berawal dari awal kedatangan Belanda ke negeri ini. Armada laut Belanda dipimpin Cornelis de Houtman memang tiba pertama kali di Banten tahun 1595. Dari sinilah angka 350 tahun itu awalnya diperoleh. Tentu dengan melakukan pengurangan ketika bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya tahun 1945. Secara matematis, siapapun tahu jika 1945-1595 = 350.

Tetapi momen tersebut jelas tidak bisa dijadikan referensi awal penjajahan Belanda atas wilayah Indonesia. Sebab kedatangan para pedagang avonturir milik perseroan dagang di Amsterdam (Belanda) itu, adalah untuk berniaga. Terutama niaga rempah-rempah yang sangat dibutuhkan di Eropa. Setelah mendapatkan barang-barang yang diperlukan dalam jumlah besar, rombongan Houtman kembali ke negerinya di Belanda sekitar tahun 1597.

Sampai di sini, jelas belum ada yang namanya kolonialisme atau penjajahan. Karena yang terjadi adalah hubungan perniagaan antara masyarakat pribumi dengan pedagang Belanda. Persoalan baru muncul kemudian, setelah gerombolan maskapai perdagangan Belanda lainnya datang dalam jumlah lebih besar secara bertahap, yang akhirnya menimbulkan persaingan tidak sehat sesama mereka. Untuk menjaga meluasnya persaingan dagang, sebanyak 17 kongsi dagang Belanda membentuk Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) tahun 1602.

Tujuannya, menguasai perdagangan rempah-rempah maupun hasil-hasil bumi lainnya di sejumlah kerajaan yang mereka anggap sebagai wilayah Imperium Neerlando Indicium atau Hindia Belanda dengan menghalalkan segala cara. Jelas saja, kerakusan VOC mendapat perlawanan kaum pribumi yang merasa kelangsungan kepentingannya mulai terancam (Sartono; 1987: 71).

Sejarah Indonesia mencatat, Raja-raja di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan lain-lain memang tak mampu menghadapi kompeni Belanda. Tetapi bukan berarti hal itu telah menjadi legitimasi Belanda sebagai penjajah Indonesia. Sebab ketika para Raja-raja yang terganggu kepentingannya itu bertarung melawan Belanda, mereka hanya mewakili kerajaannya masing-masing. Belum memikirkan kepentingan dan eksistensi bangsa Indonesia secara kolektif. Karena bangsa dan negara Indonesia ketika itu juga belum ada secara de fakto maupun de yure.

Apakah perlawanan Sisingamangaraja XII di Tapanuli, Sultan Ageng Tirtayasa di Banten atau perlawanan Sultan Agung di Mataram dan Sultan Hasanuddin di Makkasar telah representatif mewakili bangsa Indonesia secara nasional? Tentu tidak! Karena masing-masing kerajaan itu hanya mempertahankan eksistensi wilayahnya sendiri-sendiri agar tidak dikuasai kolonialisme Belanda. Artinya, negara Indonesia belum ada ketika Raja-raja yang pernah eksis di wilayah Indonesia sekarang, bangkit melawan Belanda. Dan, tidak semua pula wilayah Indonesia sekarang merupakan wilayah kekuasaan Hindia Belanda pada masa lalu.

Meskipun Belanda telah berkuasa atas sebagian besar kerajaan-kerajaan tradisional tersebut, masih banyak wilayah-wilayah bebas di Indonesia sekarang yang tidak dikuasai Belanda. Terutama kerajaan-kerajaan kecil di pesisir Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Indonesia bagian Timur. Buktinya, kita tak pernah mendengar ada kerajaan di Papua (Irian) yang pada jaman VOC berkuasa, yang ikut melawan Belanda.

Prof Mr GJ Resink, Sejarawan Universitas Indonesia keturunan Belanda, juga pernah membantah, bahwa Indonesia pernah dijajah Belanda selama 350 tahun. Menurut Guru Besar Sejarah Indonesia kelahiran Yogyakarta tahun 1911 ini, penjajahan Belanda yang dikatakan selama 350 tahun menguasai Kepulauan Indonesia sebenarnya tidak lebih dari mitos politik belaka yang tidak bisa bertahan melawan ujian kebenaran sejarah (Asvi Warman Adam, 2007: 12).

Karena itulah, secara tegas dan tanpa tedeng aling-aling, kita harus mengoreksi dan mensosialisasikan bahwa bangsa dan negara Indonesia tidak pernah dijajah oleh negara mana pun apalagi oleh Belanda selama 350 tahun. Karena yang mereka kuasai adalah kerajaan-kerajaan yang pernah eksis di wilayah Indonesia sekarang. Itu pun, tak boleh digeneralisasi secara kolektif 350 tahun. Sebab kerajaan-kerajaan tersebut tidak ditundukkan dalam waktu yang bersamaan. Tetapi secara berturut-turut selama dalam waktu kurang lebih 300 tahun.


Secara resmi, negara Republik Indonesia sendiri baru terbentuk sejak diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Jika terbentuknya saja baru tahun 1945, lantas kapan pula Belanda pernah menjajah Indonesia selama 350 tahun?

Sejarah Gereja Protestan di Asia

Diposting oleh Pernak Pernik Sejarah di 18.24 0 komentar
Sejarah Gereja Protestan di  Asia
       I.            Pendahuluan
Kekristenan terutama protestan di Asia (kecuali Filipina) sampai hari ini merupakan minoritas, padahal agama Kristen Protestan mulai dan berkembang di Asia. Di sinilah pentingnya mempelajari sejarah gereja protestan di Asia untuk melihat cara bertumbuh dan kemudian hambatan yang diperolehnya, sehingga menjadi suatu realitas bagi kita di masa kini. Kekristenan akan dipelajari sejak awalnya dengan maksud agar publik bisa mengevaluasi sejarah itu sendiri.
1.      Timur Tengah
a.       Antiokhia menjadi pusat kekristenan di Asia dan penginjilan bagi orang non  Yahudi
b.      Di sini para pengikut Kristus disebut Kristen (Kis 11:26)
c.       Gereja Antiokhia menjadi gereja pengutus bagi Paulus dan Barnabas ke Propinsi Asia Kecil (sekarang Turki) dan terutama Efesus (di mana Rasul Yohanes meninggal di sana).
d.      Ada dua kekaisaran yang berkuasa pada zaman itu: Romawi dan Persia. Romawi berhasil membuat stabilitas politik (Pax Romana) sehingga penginjilan dengan lebih leluasa bisa masuk ke Eropa.
e.       Pada sisi lain kawasan Timur Tengah yang dikuasai Persia kurang stabil perpolitikannya, namun penginjilan dapat berjalan terns melewati jalan perdagangan atau disebut Jalan sutra yaitu dari Siria menuju ke Cina. Jalan Sutra menjadi sarana juga bagi pekabaran Injil ke Asia.
f.       Bahasa Siria adalah bahasa yang dipakai sehari-hari dalam dunia Mesopotamia yang juga dipakai oleh orang Yahudi. Alkitab diterjemahkan ke dalam Bahasa Siria yang juga menjadi alat penginjilan.
g.      Bangsa Yahudi umumnya telah menyebar ke seluruh Timur Tengah, sehingga menjadi suatu jembatan penginjilan (Bdk. strategi Paulus yang mencari sinagoge dalam melakukan penginjilan)
h.      Orang Yahudi pada satu sisi dibenci karena keberhasilan dalam perdagangan, tetapi pada sisi lain banyak yang tertarik dengan agama Yahudi yang mengajarkan monoteisme. Sehingga banyak yang masuk agama Yahudi, yang kemudian juga Kristen.
i.        Peristiwa Pentakosta dihadiri orang-orang dari Asia: Partia, Media, Elam, Mesopotamia, dan Arabia (Kis 2:9-11). Mereka percaya kepada Tuhan, yang kemudian diduga mereka inilah yang mengabarkan Injil di daerah mereka masing-masing di Asia.


2.      India
a.       Tradisi (Kisah Rasu/ Tomas) menyebutkan bahwa para murid membuang undi untuk menentukan daerah mana yang akan diinjili oleh para murid. Tomas mendapat jatah pergi ke India. Ada kisah legenda yang terjadi tentangnya (Ruck, 14).
b.      Pertanyaan: di mana fungsi legenda dalam penulisan sejarah. Umumnya dibuktikan bahwa Tomas memang ke India, namun kisah yang menyertainya perlu dipilah-pilah.
c.       Ada beberapa bukti Tomas datang ke India:
1)      Gereja Mar-Tomas di India Selatan (sampai ada saat ini) mempertahankan tradisi kuno (dalam bentuk nyanyian dan puisi) bahwa Tomas datang ke Malabar tahun 52 M, mendirikan tujuh jemaat, tetapi kemudian mati sahid di tangan tokoh-tokoh Brahman di Mylapore, dekat Madras.
2)      Orang Eropa seperti Marco Polo (1293) mengisahkan kunjungannya ke makam Tomas. Begitu pula kesaksian orang Portugis (1522) yang menemukan makam tersebut. Eksistensi orang Kristen di Kerala dengan kasta khusus di antara orang Hindu membuktikan kisah ini.
3)      Penemuan purbakala juga mendukung hal ini, di mana dalam Kisah Tomas disebutkan tentang Raja Gundaphorus, yang temyata raja itu memang ada di India Utara (19M).
4)      Rasul Tomas diduga pergi ke India melewati lautan di mana India adalah kota perdagangan yang menghubungkan Alexandria di mana India adalah penghasil rempah-rempah, gading, wol, batu permata..
d.      Pantaenus (pimpinan sekolah teologi Alexandria) pemah ke India tahun 180 dan menemukan jemaat Kristen yang dugaannya didirikan oleh Rasul Bartolomeus.
e.       Pengakuan Iman Nicea tahun 325 juga ditandatangani oleh seorang yang bemama Yohanes dari Partia yang juga mewakili India Besar.
f.       Tahun 345 ada bukti yang mengatakan seorang pedagang bemama Tomas memimpin pengungsian kelompok Kristen beIjumlah 400 orang ke MalabarTahun 547 seorang pedagang Aleksandria bemama Cosmas menulis buku Topografi Kristen bahwa ada orang Kristen di sepanjang peIjalanan Afiika dan Asia, termasuk Srilanka, Malabar, Bombay, Kerajaan Partia, Yamen, Arabia.
3.      Eddessa
a.       Ada satu negara kecil di Asia yang sangat penting dalam kekristenan yaitu kerajaan Oshrone dengan ibukotanya Edessa.
b.      Ada kisah legenda yang ditulis Eusebius Sejarah Gereja yang melukiskan raja Abgar V menulis surat kepada Yesus. Yesus menjawabnya, dan setelah kenaikan Yesus, Tomas mengutus Thadeus atau Addai menetap di Edessa. Ia menyembuhkan Raja Abgar V. Apakah kisah ini benar?
c.       Raja Abgar VII adalah raja pertama di Asia yang menjadi Kristen.
d.      Edessa adalah kota pertama yang memiliki gedung gereja, dan inilah kiranya gedung gereja pertama di dunia.
e.       Di Edessa juga untuk pertama kalinya PB diterjemahkan dari bahasa Yunani ke bahasa Siria (Edessa) di mana PL sudah ada sebelumnya.
f.       Abad ke-2 juga Edessa memiliki seorang uskup yaitu Addai, dan kemudian digantikan oleh Aggai.
    II.            Perbedaan Pengajaran di Timur dan Barat:
1.      Tidak dapat disangkali bahwa ketika agama Kristen lahir dan berkembang, dia berjumpa dengan agama-agama, serta kebudayaan yang ada disekitamya. lni menyebabkan adanya perbedaan dalam sejarah perkembangan gereja nantinya. Misalnya, konsep orang kudus tidak ada di dalam konsep gereja di Asia (Timur), tetapi di Barat hat ini sudah ditradisikan.
2.      Soteriologi:
a.      Di Barat: konsep soteriologi dibahas secara praktis dan etis. Artinya, yang menjadi pokok persoalan adalah kebenaran yaitu dosa dan akibat dosa, pertobatan, kasih karunia Allah untuk pengampunan dosa yang disediakan dalam Yesus Kristus, serta sakramen perjamuan kudus mendapat tempat utama karena menyatakan pengorbanan Yesus.
b.      Di Timur: konsep soteriologi dimengerti sebagai perasaan dan pengertian; misalnya: apa yang harus diketahui untuk memperoleh hidup kekal, perbedaan antara yang abadi dan falla, zat jasmani dipandang sebagai pesimistis dan dualistis, dunia ada dalam genggaman iblis dan jiwa manusia akan dilepaskannya oleh Yesus yang mengalahkan iblis. Yesus adalah guru yang tertinggi yang membawa Firman Hidup. Yang penting: tolak iman yang palsu dan pertahankan iman yang benar. Sakramen yang penting adalah baptisan yang bertujuan membersihkan manusia dari kefanaan dan dijadikan milik Tuhan. Pengajaran ini banyak terdapat dalam puisi dan perumpamaan gereja purba di Asia.
3.      Kristologi:
a.       Konsep kristologi di Asia dapat dikatakan beragam. Taianus orang Asisria, dari Adiabene, setelah kembali dari pendidikan di Roma membuat buku dengan nama Diatessaron yang merupakan gabungan dari keempat Injil. Di dalam Injil inilah ia menjelaskan Yesus sebagai Firman yang menyatakan bagaimana Yesus adalah Allah.
b.      la mengembangkan kehidupan beraskese sebagai corak teologi Asia, di mana pergi meninggalkan kehidupan dunia.
c.       Bardaisan dari Edessa yang dibesarkan di Persia dan dalam lingkungan mistik dan pemujuman Babilonia mengajarkan kekristenan bahwa tubuh itu baik, tetapi kurang sempuma.
d.      Kisah "lnjil Tomas" mengisahkan pentingnya hidup beraskese dan menjalankan kehidupan yang minimalis.
4.      Fenomena apakah ini?
Ini membuktikan bahwa sejak semula bapa-bapa gereja berusaha menyampaikan berita Injil dalam konteksnya. Memang tidakdapat dihindari terjadi perbedaan penekanan, percampuran, bahkan sinkretisme. Tetapi upaya ini harus dilihat dari kacamata upaya gereja mengkontekstualkan dirinya agar relevan bagi dunianya.
 III.            Gereja Bertumbuh Dan Terhambat Di Persia
1.      Gereja Purba di Partia
a.       Partia adalah suatu kekaisaran yang menguasai Asia Barat dan Tengah. Pemerintahnya kurang begitu kuat dibandingkan dengan Romawi. Di dalam kekaisaran pemerintahan diatur secara otonomi oleh daerah masing¬masing. Jadi pemerintahan di daerah cukup mengakui kekaisaran PartiR dan membayar pajak, sedangkan humID berlaku masing-masing. lni akan menyulitkan kekristenan, lain halnya dengan kekaisaran Romawi dalam kasus Paulus.
b.      Agama utama yang dianut adalah Zoroaster, dan beberapa agam mistri lainnya. Agama ini percaya kepada dewa-dewa (Ahura-Mazda dan Ahriman). Kitab sucinya adalah Avesta. Nama para imamnya dalah "magus" yang mana pemimpin ini memiliki pengaruh dalam masyarakat, penasehat raja, dan menjadi imam-imam sampai ke desa-desa.
c.       Bahasa yang dipakai adalah Bahasa Siria, di samping Bahasa Yunani.
d.      Injil masuk PartiR diduga dari orang-orang Yahudi yang mendengar khotbah Petrus pada haq Pentakosta (Kis 2). Jadi adalah suatu yang bukan asing bagi penginjil-penginjil untuk pergi ke Partia.
e.       Sebuah buku berjudul "Tawarikh Arbil" (tahun 560 M) menceritakan tentang sejarah berdirinya gereja di propinsi Adiabene (ibukota Arbela). Kemungkinan Adai atau Aggai (99M) datang mengabarkan Injil ke sana dan akhirnya berhasil memenangkan Paquida (anak seorang budak milik imam Zoroaster). la kemudian menjadi gembala pertama di Adiabene.
f.       Sikap pemerintah Partia sangat toleran terhadap orang Kristen, sehingga banyak orang Kristen yang dianiaya di Roma pindah ke Partia. Tetapi pemerintah tidak melindungi orang Kristen dari penganiayaan para imam Zoroaster. Contoh, uskup Adiabene bernama Samsun yang melakukan penginjilan dibunuh olah para magus.
g.      Tetapi penginjilan berjalan terus sehingga ada juga pejabat yang menjadi Kristen seperti Raqbakht (th 140) gubernur Adiabene menjadi percaya. Ia sangat rajin memberitakan Injil sehingga menimbulkan kemarahan para magus. Ia mall dibunuh, tetapi kemudian dipanggil kaisar untuk memimpin peperangan. _ang sekali, ia tewas dalam peperangan, sehingga kekristenan kehilangan orang yang melindunginya.
h.      Imam-imam Zoroaster ini terus terlibat dalam penganiayaan orang Kristen dan merampas harta milik orang Kristen. Walaupun telah diusahakan menghadap kaisar agar orang Kristen dilindungi (seperti uskup Abraham), tetapi kekaisaran rupanya tidak terlalu mempedulikan.
i.        Penganiayaan tidak membuat gereja mati, malah sebaliknya bertumbuh. Pada tahun 225 setidaknya sudah ada lebih dari 20 keusukupan di Persia (minus di Ktesiphon dan di Nisibis).
2.      Penganiayaan di bawah kerajaan Persia
a.       tahun 225 propinsi Persia memberontak terhadap kekaisaran Partia, dan akhirnya merebut seluruh kekaisaran Partia.
b.      Ardasyir memproklamirkan diri sebagai raja pertama dari dinasti Sassanid, yang mengganggap dirinya sebagai dinasti keturunan Media dan Persia. . Kerajaan ini mersemikan Zoroaster sebagai agama negara dan berusaha menyatukan agama dan kekaisaran.
c.       Pada awal pemerintahan Persia, kekritenan tidak menghadapi penghambatan. Malahan gereja bertumbuh di ibukota Persia yaitu Seleukia-Ktesiphon dan sampai memiliki keuskupan.
d.      Awal penganiayaan: seorang bernama Kartir yaitu imam besar Zoroaster ingin menghancurkan agama-agama lain. Tetapi musuh utamanya adalah agama Manieheisme yang didirikan oleh Mani. Agama ini adalah upaya menyatukan agama Zoroaster, Buddha dan Kristen. Mani dianiaya, tetapi kekristenan mulai ikut teraniaya.
e.       Kerajaan Persia Sassanid terns berekspansi dan berperang melawan Romawi. Ketika di Romawi orang Kristen dianiaya, maka orang Kristen diterima dengan senang hati di Persia. Tetapi ketika Konstantinus, menjadi kaisar Romawi dan menjadi Kristen serta menjadikan Kristen agama negara, maka kekristenan mulai dicurigai dan dimusuhi karena dianggap mata-mata musuh.
f.       Konstantinus sendiri justru memperburuk keadaan dengan mengirim surat kepada Kaisar Persia, Syahpur II tahun 315, di mana ia minta agar orang-orang Kristen dilindungi di Persia. Maksudnya baik, tetapi hasilnya sangat buruk (baca hal. 31). Akhirnya timbul perasaan marah karena mencampuri urusan dalam negeri Persia, yang pada akhirnya kekristenan mulai mendapat penganiayaan.
g.      Ketika Romawi hendak memerangi Persia, kaisar Konstantinus minta para uskup mendoakan rencana ini. Salah satu uskup Persia berdoa untuk kemenangan Roma. Celakanya, kaisar Konstantinus tidak jadi menyerang Persia karena ia meninggal. Akhirnya Persia justru menyerang Nisibis yang menjadi pusat kekeristenan. Uskup Yakobus berdoa dan syukur Tuhan mendatangkan wabah lalat sehingga tentara Persia mundur dan kacau.
h.      Mulailah penganiyaan yang dahsyat ketika Syim'un (uskup Selukia-Ktesiphon) dituduh orang Yahudi memata-matai Persia dan menjadi antek kaisar Romawi. Orang Kristen mula-mula disuruh membayar pajak dua kali lipat. Tetapi Syim'un menolak.
i.        Lalu pemerintah mulai menghancurkan seluruh gedung gereja dan merampas harta bendanya. Para pastor yang tidak mau menyembah dewa matahari dibunuh, termasuk Syim'un yang mati dibunuh setelah menolak menyembah dewa matahari dan ia menyaksiakan dulu pembunuhan para pastor.
j.        Than 339-379 kekristenan sangat kejam dianiaya di Persia. Sasaran pertama mereka adalah para pemimpin gereja yang dibunuh, kemudian orang Kristen yang berlatar belakang Zoroaster. Pada waktu itu setidaknya 16,000 orang mati sahid karena imannya. Ini jauh lebih buruk dari penganiayaan yang dialami orang Kristen di Roma (Baca bal. 33).
k.      Ketika Persia berhasil mengalahkan Roma, terjadi perdamaian selama 50 tahun antara Roma dan Persia. Hasilnya: penganiayaan dihentikan dan kekristenan mulai berkembang lagi, bahkan sejumlah bangsawan masuk Kristen lagi.
3.      Kekristenan sebagai agama resmi
a.       Perdamaian antara Roma dan Persia melibatkan uskup Marutha dari Armenia yang ditugaskan menyusun konsep perdamaian itu. Ia pun meminta kepada raja Persia agar kekristenan diberi status resmi dan meminta gereja dibangun kembali dan orang Kristen yang dipenjarakan agar dilepaskan.
b.      Tahun 410 di Persia, agama Kristen diberi status resmi yang sama dengan agama Zoroaster, sesuai dengan edik yang dikeluarkan raja Yazdgard I. Dan Uskup Izhaq, uskup Ktesiphon diakui sebagai pemimpin Umat Kristen Persia (Katolikos). Semua uskup di Persia dipanggil untuk menandatangi edik tersebut dan dianggap sebagai Sinode Pertama Gereja Timur.
c.       Pada Sinode Pertama ini dibahas tentang perlunya keseragaman hari raya Paskah, penerimaan kanon Konsili Nicea dan Pengakuan Iman Nicea. Tata tertib gereja disusun.
d.      Edik itu pada sisi lain mengaikbatkan bahwa gereja bertanggung jawab kepada kaisar di mana gereja adalah perpanjangtanganan kaisar.
e.       Umat Kristen memang diberi kebebasan beragama, tetapi kebebasan yang diberikan terbatas yaitu tidak boleh mengabarkan Injil. Orang yang pindah dari Zoroaster ke agama Kristen akan dihukum mati. Pada masa ini juga kekristenan akhimya juga seringkali mengalami penganiayaan.
f.       Tahun 424 gereja Persia me1epaskan diri dari gereja Barata pada sinode Dadyeshu di kota Markabta, karena beranggapan bahwa Katolikos tidak bisa diadili dan dipimpin oleh uskup AgungIPaus, tetapi kepala gereja sendiri yaitu Yesus Kristus.
g.      Gereja dapat dikatakan berkembang karena perpisahan ill. Walaupun sebagai minoritas gereja cukup kuat karena banyak dari golongan tinggi yang menjadi Kristen. Hukuman mati yang menjadi ancaman kalau menjadi Kristen seringkali tidak dihiraukan. Bahkan seringkali hukuman itu diperingan menjadi hukuman penjara biasa.
h.      Gereja di Persia, khususnya dalam masyarakat yang berbahasa Persia yang paling berhasil dalam perkembangannya, karena kaum profesional dan pedagang banyak yang menjadi Kristen. Pada abad ke- 7 jumlah orang Kristen dan Yahudi diperkirakan berjumlah 1 1/2 juta jiwa. Dan Gereja Nestorian sudah mantap dengan memiliki 1 patriakh, 9 metropolit, 96 uskup. Ada juga golongan Yakobit, persekutuan Kristen monofisit yang memiliki 1 metropolit (uskup agung) dan 12 uskup.
4.      Gereja Nestorian
a.       Ada banyak gereja yang muncul pada abad ke-5 seperti Nestorian, Yakobit, dsb. Tetapi yang menonjol di Asia adalah Nestorian.
b.      Ada tiga ciri khas Gereja Nestorian yaitu: teologi nestorianisme, penghargaan hidup beraskese (kerahiban), semangat pekabaran Injil.
c.       Teologi Nestorianisme muncul adalah akibat perselisihan tentang tabiat Kristus:
d.      Konsep tentang Kristus (Kristologi) bagi gereja-gereja di Antiokhia adalah tabiat Ilahi dan tabiat manusia Kristus terpisah.
5.      Gereja Alexandria mengakui penyatuan tabiat ilahi dan tabiat manusia dalam diri Kristus, jadi hanya ada satu tabiat ilahi pada Kristus (monofisit).
a.       Akibat pandangan ini, Nestorius yang menjadi pemimpin gereja di Antiokhia mempertajam perselisihan karena dia menyerang konsep "theotokos" yaitu Maria sebagai Bunda Allah. la mengusulkan Maria diberi gelar Kristotokos (Ibunda Kristus).
b.      Cyrillus, uskup Alexandria menuduh apa yang diajarkan Nestorius sebagai ajaran sesat, karena dianggap mengingkari keilahian Kristus. lni dugaan yang salah. Tetapi akibatnya Nestorius dipecat oleh Konsili oikumenis di Efesus tahun 431 dan akhirnya ia tinggal sampai meninggalnya di Mesir.
c.       Konsili Chalchedon tahun 451 mengambil jalan tengah perselisihan itu: di mana Yesus adalah satu pribadi di dalam dua tabiat yaitu manusia dan ilahi. Namun justru Konsili Chalchedon menimbulkan skisma antara pengikut monofisit Gereja Siria, Mesir dan Ethiopia dengan gereja di Persia yang mengikuti ajaran Nestorius. Perpecahan terus terjadi di antara gereja-gereja yang akhirnya membuat gereja di Barat dan Timur terpisah yang pada puncaknya terjadi pada Konsili Konstantinopel tahun 553.
d.      Karakteristik yang kedua: spiritualitas dan hidup beraskese. Pada Abad ke 6 gereja di Persia dipimpin oleh Mar Aba. Pada masanya terjadi pembaharuan gereja yang pada dasarnya terpanggil untuk memisahkan diri dari dunia. Bahkan sampai dianggap bahwa kehidupan beraskese dianggap perlu untuk memperoleh keselamatan. lni juga termasuk usulan untuk tidak menikah (Tetapi ditolak oleh Sinode Acacius tahun 486).
e.       Kemudian muncul kehidupan model para pertapa di mana ada komunitas biara di padang pasir. Umumnya para biarawan ini wajib mengikuti peraturan yang ditetapkan seperti bekerja keras, berdoa, bersumpah untuk hidup dalam kemiskinan, selibat, dan ketaatan.
f.       Dari sinilah kehidupan biara dikembangkan, walaupun modelnya beragam. Ada yang berkelompok di pegunungan, ada yang menyendiri dalam gel dan berkumpul bila beribadah. Dan ini kemudian menjadi ciri khas Gereja Nestorian, walaupun tidak semua harns mengikuti kehidupan beraskese.
g.      Karakteristik yang ketiga adalah pekabaran Injil. Rahib-rahib ini adalah penginjil-penginjil untuk gereja Asia. Jadi kehidupan kerahiban digabungkan dengan semangat penginjilan. Di sekolah teologi Nisibis, mereka bersemangat dalam melakukan penginjilan sambil menekankan hidup miskin, disiplin rohani, bekerja keras, menafsirkan Alkitab. Para rahib Nestorian menginjili orang Siria, Persia dari latar belakang Zoroaster. Ribuan alumni sekolah teologi Nisibis pergi mengabarkan Injil ke arah Timur dari kekaisaran Persia, Cina, India, bahkan sampai ke Sumatera (Pansur sekarang Barns di Sibolga). Apalagi penemuan Giovanni de Marignolli dari Italia pada abad ke-14 menemui orang Kristen di Majapahit dan Palembang.
 IV.            Gereja Nestorian ke Cina
1.      Sumber sejarah gereja di Cina: monumen Ch' ang-an yang ditemukan oleh buruh-buruh di Cina Barat (tahun 1625). Monumen itu didirikan tahun 781 untuk merayakan kedatangan "agama Syria yang termasyhur" ke Cina. Juga ditemukan naskah-naskah Kristen yang dibenarkan oleh pemerintah Cina.
2.      Seperti disebutkan di atas, bahwa para rahib Nestorian sangat bersemangat dalam melakukan penginjilan. Itu sebabnya mereka mengikuti "Jalan Sutra" dalam mengabarkan Injil.
3.      Orang yang pertama datang ke Cina adalah Uskup Alopen di Ch'ang-an, ibukota China pada waktu itu tahun 635. Ia diizinkan oleh kaisar Cina pada waktu itu untuk menyebarkan kekristenan di Cina.
4.      Sewaktu uskup Alopen tiba, suasana di Cina sedang terjadi pertentangan antra Kong Hu Cu dan Buddha. Kaisar Kao- Tsu tahun 626 menganggap Buddha sebagai agama asing harus dimusnahkan. Tindakan ini menghasilkan pemberontakan, di mana anak sang kaisar Tai Tsung berhasil merampas kekuasaan ayahnya dengan bantuan rahib Buddha. Sejak zamannya, semua agama diizinkan bebas melakukan penyebaran agama, bahkan agatna Kristen dilindungi kaisar.
5.      Namun semua agama (Taoisme, Buddha, Zoroaster, dsb.), termasuk kekristenan hanya beroleh sedikit pengikut karena faktor telah mendarah dagingnya adat istiadat keagamaan Kong Hu Cu dalam budaya mereka.
6.      Apalagi keristenan ala Nestorian menawarkan konsep hidup beraskese, memandang rendah pernikahan. Padahal Kong Hu Cu adalah suatu sistem etika yang menghormati keluarga, orang tua, nenek morang, tradisi, kehidupan yang beretika dalam kehidupan dunia ini.
7.      Untuk selanjutnya sejarah kekristenan di Cina: Perlawanan yang paling keras dalam kekristenan adalah dari agama Buddha. Jadi hila kaisar beragama Buddha, maka kekristenan dianiaya dan biara-biara Kristen dihancurkan. Tetapi pada saat kaisar bukan dari Buddha, maka kekristenan mendapat perlindungan.
8.      Di samping ada upaya mengkontekstulisasikan pengajaran kekristenan di Cina, tetapi tetap saja agama Kristen dianggap agama asing (Ruck, 47-51).
9.      Kemudian Cina dikuasai kekaisaran Mongolia. Ternyata kekristenan mendompleng kekuatan Mongolia untuk mengembangkan kekristenan, di mana lingkaran kekaisaran ada orang Kristen. Sehingga ketika Mongol berhasil diu sir oleh Cina, maka terusir jugalah kekristenan dari Cina. Dan sejak saat itu Cina sangat tertutup bagi pengaruh asing.
10.  Agama Kristen tidak berkembang di Cina karena kurang berakar. Faktornya adalah corak kebudayaan Cina berbeda dengan corak kekristenan gaya Nestorian.
11.  Dukungan kekristenan hanya bergantung kepada kebaikan pemerintah. Bila gereja mendapat dukungan pemerintah akan maju, dan sebaliknya. Pada abad ke 10 gereja mengalami penganiayaan kerns, dan pada abad ke 14 kekristenan telah hampir punah di Cina.
    V.            Gereja Barat Mengabarkan Injil Ke Asia
Periode selanjutnya adalah bagaimana gereja Barat (Eropa) datang ke Asia dengan warna barunya:
A.    Misi Protestan ke India
1.      India di bawah koloni Inggris
a.       Sebagian besar penduduk India adalah beragama Hindu, di samping agama Minoritas seperti Islam, Buddha, Sikh. Orang Kristen ada yaitu Katolik, Mar Tomas, Gereja Protestan basil pelayanan misi Denmark Ziegenbalg.
b.      India pada abad ke-19 sedang dalam kemunduran di mana raja-raja saling berperang. Maka India dengan mudah ditaklukkan oleh Inggris. Dan yang diberi wewenang berdagang di sana adalah East India Company (EIC). Tetapi India juga dikuasai oleh Denmark, Portugis dan Perancis.
c.       Tujuan EIC sebenamya adalah berdagang, sehingga melarang adanya upaya penginjilan ke India. Akan tetapi atas desakan gereja-gereja Injili di parlemen Inggris, maka keran penginjilan bisa dibuka. Apalagi kemudian Inggris mengambil alih reran EIC, maka teIjadi stabilitas di India.
d.      Pemerintah Inggris toleran terhadap semua agama. Penginjilan tidak dilarang oelh Inggris, tetapi juga tidak didukung. Pemerintah hanya mendukung sekolah-sekolah Kristen.
e.       Facia abaci inilah ratusan misi Protestan masuk ke India. Pemerintah Inggris sebenamya berkeberatan akan penginjilan ini dan seringkali menentangnya. Tetapi karena agama Kristen datang bersamaan dengan Inggris, maka mall tidak mall agama Kristen dipandang sebagai agama imperialis.
2.      Misi Protestan: William Carey
a.       William Carey (1761-1834) adalah disebut bapak misi modem di kalangan Protestan.Ia adalah anggota Anglikan yang kemudian masuk denominasi Baptis. la adalah bekeIja sebagai tukang sepatu, guru sekolah dan sangat intelektual dan ahli dalam menguasai bahasa(Latin, Yunani, Ibrani). lni sangat menolong dalam pelayanannya di India.
b.      Di dalam gereja Baptis yang bercorak Calvinis, ada pandangan bahwa orang tidak perlu menginjil karena Allah dapat menyelamatkan manusia tanpa melalui tangan manusia. Sebagai reaksi, ia menulis "An Inquiry into the Obligation to Use Means for the Conversion of the Heathen" (Tenaga manusia diperlukan untuk menginjili bangsa-bangsa yang jauh). la menegaskan pentingnya pelayanan misi dilaksanakan oleh orang percaya.
c.       Tahun 1792 atas desakan Carey terbentuklah Baptist Missionary Society. Dan tahun 1793 Carey sekeluarga pergi ke India. Sebagai utusan misi yang pertama ke India.
d.      Sampai di India, EIC melarang dia melakukan tugas misi, sehingga dia bekerja di pabrik nila di pedalaman India. Istrinya tidak tahan akhimya mengalami gangguan jiwa dan terganggunya perkembangan anak-anak mereka.
e.       Di tempat terpencil ini, Carey dengan cepat belajar Bahasa Sanskrit dan Benggali dan ia dengan cepatnya berhasil meneIjemahkan Alkitab ke dalam Bahasa Benggali. Tetapi hasil terjemahannya kurang baik dan sulit dibaca.
f.       Tahun 1799 datanglah dua misi yaitu Joshua Marshman, seorang guru dan William Ward, seorang tukang cerak dan redaktur koran di Serampore, wilayah jajahan Denmark yang mana gubemumya sangat mendukung penginjilan. Carey akhimya pindah ke Serampore dan bergabung dengan mereka. Di sini mereka mendirikan sekolah bagi anak-anak orang Eropa, Carey mengajar Bahasa Benggali bagi pegawai Inggris.
g.      Fokus utama pelayanan mereka adalah penerjemahan Alkitab. Dalam 30 tahun, mereka berhasil menerjemahkan Alkitab ke dalam 6 bahasa, dan bagian-bagian tertentu dari Alkitab ke dalam 26 bahasa. Memang pekerjaan ini belum sempuma, tetapi sangat berarti bagi perkembangan kekristenan di India. Karena ketekunan dan kekompakan mereka, maka mereka dijuluki "Serampore Trio".
h.      Carey juga berhasil menyusun tala bahasa Sanskrit. Bahkan pakar kesusastraan India menganggap Carey sebagai pendiri sastra prosa dalam Bahasa Benggali. Ia juga menerjemahkan "Ramayana" ke dalam Bahasa Inggris. Baginya penelitian agama dan kebudayaan India sebagai tugas misi yang tidak boleh diabaikan.
i.        Pelayanan Gereja baptis berpusat di Serampore dan Ward ditetapkan sebagai pendeta. Orang India yang pertama dibaptis pada tahun 1800. Ia sangat rajin menginjil dan mendirikan gereja dengan cepat dan menjadikan mereka gereja yang mandiri.
j.        Misi Baptis juga mendirikan sekolah-sekolah sampai universitas di Serampore. DI sana diajarkan teologi Kristen, filsafat India, dan juga hal-hal praktis seperti perkebunan, di mana Carey juga ahli dalam bidang itu.
k.      Azas penginjilan Carey (yang dipakai oleh kaum Protestan):
1)      Penelitian kebudayaan India
2)      Penginjilan yang seluas-Iuasnya
3)      Penerjemahan Alkitab
4)      Pendirian gereja mandiri dengan tenaga pelayan asli setempat.
3.      Fenry Martin (1781-1810)
a.       EIC adalah bagian dari Gereja Anglikan. Setelah terjadi pembaharuan rohani di Inggris, maka diutus satu orang Kristen evangelikal menjadi wakil gembala yaitu Henry Martin (Alumnus Universitas Cambridge).
b.      Ia bekerjasama dengan "Serampore Trio". Tugas utamanya adalah menerjemahkan Firman Tuhan di samping melayani pegawai EIC dan keluarganya.
c.       Hasilnya: ia menerjemahkan Alkitab PB Bahasa Urdu yang sangat bagus mutunya (1810) dan dipakai sebagai dasar penerjemahan berikutnya sampai saat ini.
d.      Tahun 1810 ia pergi ke Persia dan selama setahun dia memperbaiki terjemahan Perjanjian Baru dalam Bahasa Persia dan Arab.
e.       Ia adalah rnisi Protestan yang tertarik belajar agama Islam dan bersahabat dengan tokoh-tokoh Islam.
f.       Sayangnya, ia punya masalah kesehatan. la meninggal pada usia yang muda yaitu 31 tahun di Tokat, Asia Kecil (Iran?). Kehidupannya yang saleh dan memiliki keahlian menjadikan ia suatu gimbal inspirasi bagaimana seharusnya misionari melayani.
4.      Perkembangan Misi di India
a.       Kaum evangelikal berhasil mendesak parlemen Inggris (1813) untuk menghapuskan pembatasan misionari datang ke India.
b.      Akhimya banyak misi yang diutus ke India seperti Anglikan, Presiterian, Calvinis (Reformed), Metodis, Baptis dan lainnya.
c.       Sampai tahun 1851 ada 339 orang pendeta Protestan di India yang diutus dari 19lembaga misi. Jumlah orang Kristen adalah lebih dari 90,000. Kebanyakan orang Kristen berdomisili di India Selatan dan kebanyakan berasal dari golongan masyarakat rendah.
d.      Tahun 1914 sudah mencapai 1 jutajiwa yang dibaptis denganjumlah misionari Barat 5,465 orang dan 25,000 tenaga hamba Tuhan dari India. Jumlah ini jauh lebih kecil dari jumlah orang Katolik dengan jumlah misi yang lebih kecil.
5.      Persoalan Kasta
a.       Pertanyaan: apakah seharusnya gereja menolak sistem kasta sebagai sistem keagamaan dan hanya sebagai sistem sosial saja? Dan yang berikutnya: Kasta manakah yang hams diinjili lebih dahulu?
b.      Gereja berpendapat berbeda goal ini. Carey, misalnya, menolak sistem kasta. Tetapi misi dari Denmark/Halle tidak menghilangkannya. Malahan dalam gereja ada tiap pintu masuk untuk kasta masing-masing, duduk di tempat masing-masing, dan melakukan sakramen dilakukan di tempat masing-masing. Tetapi banyak yang menentang cara ini.
c.       Kelompok misi Protestan mulai juga mengalihkan pelayanannya kepada kasta tinggi, dengan memakai teori "filtration theory" yaitu golongan atas dimenangkan maka akan merembes ke ke1as bawahnya (teori dari M.D. David). Ini juga dikembangkan oleh Alexander Duff, di mana ia mendirikan sekolah di Cacutta untuk orang kasta tinggi. Memang hasilnya kecil. Tetapi setidaknya dari kalangan kelas ini banyak yang menjadi pemimpin Kristen yang terkenal. Dan metode ini ditiru oleh yang lainnya.
d.      Agama-agama berusaha menentang sistem kasta. Bahkan Mahatma Gandhi (notabene orang Hindu India) ikut menentang sistem kasta. Tetapi hal ini tidak bisa dihilangkan dalam kehidpan orang India.
6.      Gerakan Pertobatan Massal
a.       Fakta menunjukkan bahwa orang Kristen banyak berasal dari kelas bawah. Ada 15% penduduk India adalah kasta rendahan (tidak dapat disentuh), karena dianggap hina dan najis. Dan misi tertarik me1ayani mereka, akhimya muncul gerakan massal di mana ribuan orang dari kelas ini beralih menjadi Kristen.
b.      Misi Baptis Amerika yang dilayani Dr John Clough me1ayani di daerah Telugu sejak tahun 1840. Hasilnya sangat minim. Tetapi terjadi pertobatan massal kaum kelas bawah dan dalam 30 tahun kemudian di Telugu ada 500,000 orang Kristen yang semuanya berasal dari kasta rendah.
c.       Hal yang sama terjadi di Punjab dari kasta Chuhra (1870), di mana pelayanan misi Presbiterian berhasil menjangkau kelas bawah ini dan dalam tempo 10 tahun telah berjumlah 35,000. Tahun 1931 menjadi 462,681. di mana 30% kasta Chuhra orang Kristen.
d.      Di India, gerakan massal ini disambut antusias, tetapi sekaligus dicurigai: jangan-jangan karena motif ekonorni, sehingga perlu dibimbing secara pribadi. Tetapi karena sifat masyarakat Asia yang komunal, maka kecurigaan ini seharusnya tidak perlu. Hasilnya banyak di antara kasta ini yang akhirnya menjadi orang yang berpendidikan, pengusaha, dsb. lni membuktikan hasilnya.
e.       Kemandirian Gereja di India
1.      Karena muncul banyaknya gereja, maka timbul kesadaran membangun sekolah teologi dan mendidik sebanyak-banyaknya hamba Tuhan.
2.      Juga orang India mulai mengkontekstualisasikan Injil ke dalam budaya India. Mereka mulai mernisahkan Injil dari "pakaiannya". Walaupun tidak sedikit yang akhirnya menjadi sinkretisme. Kontekstualisasi:
·         Menekankan spiritualitas Kristiani ala India seperti pembangunan Ashram.
·         Bentuk-bentuk teologi diekspresikan dalam konsep pemikiran Hindu.
B.     Misi Protestan Di Cina
1.      Robert Morisson
a.       Kekristenan di Cina berkembang dan terhambat secara silih berganti. Semuanya bergantung kepada dukungan atau toleransi pemerintah. (Lihat kasus Gereja Nestorian).
b.      Misi Katolik (tidak dibahas di Sill) telah juga berhasil masuk kembali ke Cina, dan diperkirakan bahwa pada awal abad ke 19 jumlah orang Kristen di Cina mencapai 250,000 yang terdiri dari Katolik Roma dan Ortodoks Rusia.
c.       Misi Protestan: "London Missionary Society" adalah lembaga misi Protestan pertama yang mengutus tenaga misi ke Cina, dan yang diutus adalah Robert Morrison (1782-1834).
d.      Ia adalah pendeta Gereja Presbiterian dan juga sekaligus memiliki keahlian kedokteran dan astronomi. Sebelum ke Cina ia sudah tinggal bersama seorang Cina, sehingga ia bisa belajar bahasa dan adat kebiasaanlbudaya Cina, serta sekaligus belajar menyalin kamus bahasa Cina dan bagian-bagian Alkitab berbahasa Cina.
e.       Morrison memasuki Cina dan tiba di Kanton tahun 1807. Di sana ia datng dan belajar bahasa Cina dari seorang Katolik Cina secara diam-diam. Tahun 1809, ia diangkat menjadi penerjemah di perusahaan Inggris EIC selama 25 tahun.
f.       Karena penginjilan langsung tidak mengizinkan, maka Morisson memfokuskan penerjemahan Alkitab (selesai tahun 1819) dan buku-buku Kristen. Ia juga menyusun kamu bahasa Inggris-Cina. Di samping itu ia menerjemahkan Katekismus Pendek Gereja Skotlandia, Buku Doa Umum Anglikan.
g.      Karya Morrison sangat monumental, karena dia memakai huruf roman (Latin), ketimbang huruf Cina. Ini sangat mudah dimengerti rakyat biaya, tetapi dipandang rendah oleh kaum terpelajar di Cina. Tulisan tradisional Cina sangat dihargai karena mengandung nilai filsafatnya.
2.      William Milne
a.       William Milne tiba di Cina (Canton) tahun 1813. la sendiri mengalami kesulitan untuk tinggal di Cina, akhirnya memilih tinggal di Malaka.
b.      Semangat dan bebannya terhadap orang Cina tidak pernah pudar. Itu sebabnya tahun 1818, ia bersama Morrison mendirikan Anglo-Chinese College, di mana tujuan pendirian sekolah ill orang Cina dapat belajar budaya asing dan sebaliknya orang asing dapat belajar budaya Cina. Di sekolah ill ternyata berhasil membuat murid-muridnya menjadi Kristen.
c.       Anak iman Morrison dan Milne yang sekolah di Anglo Chinese College adalah Ling-A-Fa (dibaptis tahun 1814). la pada mulanya membantu Morrison mencetak Alkitab (karena ia tukang cetak). Kemudian ia sekolah di ACC dan menjadi pendeta Kongregasional tahun 1823. la inilah yang mengabdikan pelayanannya kepada orang Cina. Ia sering mengalami penganiayaan, namun semangatnya terus berkobar untuk melayani bangsanya.
3.      Kekristenan dalam konteks imperialisme
a.       Seperti diketahui bahwa Cina adalah negara yang tertutup. Cina memang tidak pernah dijajah secara langsung oleh Barat, tetapi dipaksa menyerahkan beberapa wilayahnya seperti Hongkong kepada Inggris dan Makao kepada Portugis. Juga Cina dipaksa menyerahkan kota-kota pelabuhan lainnya. Bahkan setelah kekalahan Cina tahun 1860, orang asing diberi hak masuk sampai ke seluruh pedalaman Cina.
b.      Ketegangan Barat dan Cina dimulai ketika Barat mulai berdagang candu, yang didapat di India dan dibawa ke Cina oleh Inggris. Dan oleh Inggris dijual di sana dan ditukar dengan teh. Perdagangan ini menghasilkan banyak keuntungan bagi Inggris dan teh juga berhasil dibawa ke Inggris.
c.       Candu berdampak negatif bagi Cina: kebanyakan orang kecanduan, perekonomian ikut kacau. Usaha menghentikan penjualan candu menghasilkan Perang Candu tahun 1839-1842 dan 1856-1860. Pada kedua perang itu Cina dikalahkan Inggris. Dan sejak itu Cina harus menyerahkan daerah terntentu dan semua pelabuhan boleh dimasuki orang asing.
d.      Bagaimana sikap gereja? Para misionaris menetang perdagangan candu, seperti Shaftesbury (bangsawan Inggris), W.A. Russel (Uskup Anglikan di Cina Utara). Namun akibat perjanjian itu, di mana Cinia membuka wilayahnya bagi orang asing menyebabkan banyak misionaris pergi ke Cina.
e.       Kebijakan pemerintah kolonial agak berbeda terhadap Cina. Dalam setiap perjanjian politik dengan Cinia, maka pekabaran Injil dimasukkan dalam persyaratan dan kekristenan dan usaha misi harus mendapat perlindungan pemerintah. Akibatnya kekristenan dianggap identik dengan penjajahan.
f.       Usaha PI berlangsung sangat pesat pada abad ke 19 ini. Misi Katolik sangat maju: ada 500,000 orang Katolik dengan 639 pastor (369 di antaranya adalah pastor berkebangsaan Cina). Misi Protestan: ada 1.500 orang utusan misi dengan 40,000 orang Kristen.
g.      Ini menghasilkan kebencian pemerintah Cina terhadap kekristenan. Apalagi dicurigai terlibat dalam pemberontakan Tai Ping, di mana pemimpinnya, Hung Hsin Chuan pernah belajar keristenan, dan dipakainya unsur kekristenan dalam gerakan ini seperti sepuluh hukum.
h.      Kebencian terhadap penjajah sekaligus terhadap kekristenan muncul dalam bentuk Pemberontakan Boxer (Petinju) tahun 1899-1900. Umat Kristen dianiaya (Katolik: 50 misionaris dan 30.000 orang dibunuh; Protestan: 200 orang misionaris dan 2000 orang dibunuh). Gedung-gedung gereja dihancurkan. Tetapi mayoritas orang Kristen bertahan akan penganiayan ini.
i.        Negara-negara Barat berhasil memadamkan pemberontakan ini dengan keras dan kejam. Bahkan Pemerintah Cina diminta untuk mengganti kerugian lembaga-lembaga misi Katolik dan Protestan. Namun lembaga misi China Inland Mission (CIM) tidak mau menerima ganti rugi untuk menyatakan kasih Kristen kepada bangsa Cina, walaupun mereka yang paling banyak rugi.
4.      Hudson Taylor
a.       James Hudson Taylor (1832-1905), berasal dari Gereja Metodis yang kemudian masuk Gereja Baptis. Sesudah pertobatannya, ia terpanggil menjadi misionari ke Cina sejak remajanya. la kemudian masuk sekolah kedokteran, namun pada saat yang sarna, ia sudah terlibat dalam membantu orang miskin dan mengabarkan Injil
b.      Tahun 1853, Taylor diutus ke Cina oleh Chinese Evangelization Society (CES), tetapi badan misi ini tidak becus karena tidak mengurus surat-surat, bahkan keuangan pun macet. la berhenti dari CES dan membiayai sendiri pelayanannya.
c.       Taylor terlibat dalam pelayanan di kota pelabuhan yang dikuasai Barat, Berta kemudian menetap di Ningpo (1856) dan mendirikan rumah sakit di sana. Karakteristiknya adalah ia memakai pakaian dan budaya Cina.
d.      Karena kesehatannya terganggu tahun 1860, ia terpaksa pulang kembali ke Inggris dan kemudian mendirikan lembaga misi Cina Inland Mission (CIM) .
e.       Model CIM adalah: 1) Model penggalian dana misi dengan iman dan dca, dan bukan dengan cara-cara manusia; 2) CIM bersifat antar gereja baik dari latar belakang oikumenis dan evangelikal (asalkan percaya percaya kepada Yesus secara pribadi sebagaijuruselamat dan Tuhan); 3) Di Cina para misionaris ditempatkan sesuai dengan gereja asalnya; 4) Pria dan wanita mendapat hak yang sarna dalam pelayanan; 5) Pendidikan tidak terlalu penting, sehingga banyak yang berlatarbelakang tukang pergi ke Cina; 6) Konsep misi Taylor adalah memakai pakaian Cina dan menyesuaikan sedapat mungkin dengan adat istiadat Cina.
f.       Tujuan penginjilan Taylor adalah secepatnya menjangkau Cina sampai ke pedalaman, dengan metode: 1) Memberikan dan menjual traktat; 2) membuka temp at pengobatan sederhana.
g.      Sampai tahun 1905, CIM mendirikan 110 pusat misi, 7 rumah sakit, 16 klinik, 128 pusat rehabilitasi pecandu opium. Ada 550 misionaris dari CIM dan kekristenan berjumlah 40.000.
5.      Revolusi Cina
a.       Kekristenan mendapat pengaruh yang luar biasa, karena para misionari menekankan tentang pendidikan sehingga ini diterima dengan senang hati oleh bangsa Cina. Mereka menggantikan filsafat Kong Hu Cu sebagai syarat menjadi pegawai dengan konsep mendapat pendidikan formal. Hasilnya juga kekaisaran dianggap kuno.
b.      Muncullah suatu revolusi menjadikan Cina suatu negara republik tahun 1911, yang mana Dr Sun Vat Sell (seorang Kristen) diangkat menjadi presiden pertama.
c.       Partai Komunis berdiri tahun 1921 dan mula-mula bergabung di bawah Guomindang, Partai Nasionalis Cina. Setelah kematian Sun Vat Sell, maka Partai Guomindang terpecah menjadi dua; yaitu Pada Goumindang oleh Jiang Kaishek (kelompok kelas menengah) yang juga adalah seorang Kristen dan Partai Komunis dari kelompok kelaspetani. Namun Partai Komunis pimpinan Mao Zedong berhasil dikalahkan.
d.      Cuma sayang sekali Cina diserang oleh Jepang, dan Jiang Kaishek dikalahkan, sehingga setelah Jepang menyerah, maka Mao Zedong sekali lagi menyerang pemerintahan Guomindang dan berhasil mengalahkan Jiang Kaishek sehingga lari ke Taiwan. Mao Zedong sendiri berhasil membuat selurnh Cina menjadi komunis dan diproklamirkan Republik Demokratik Rakyat Cina tahun 1949.
e.       Pada situasi politik seperti ill, kekristenan terns berkembang dengan diambilalihnya keristenan oleh tenaga-tenaga pribumi. Bahkan orang Kristen terlibat dalam gerakan anti imperialisme. Bahkan secara ekstrem akhirnya Dewan Kristen Nasional (seperti PGI-nya Indonesia) berpihak kepada komunis dan banyak mahasiswa :Krn;ten masuk komunis karena kebencian terhadap kaum imperialis.
6.      Kesimpulan:
Di Cina kekristenan dianggap samna dengan penjajahan, karena masuk bersamaan dengan penjajah di mana menghancurkan Cina dengan candunya. Walaupun orang Kristen menentang perdagangan candu, namun setidaknya ini menjadi kesempatan bagi misonaris masuk Cina. Muncullah juga semangat nasionalisme orang Kristen Cina terhadap negerinya sehingga muncul gereja asli Cina yang akhirnya sebagian berkolaborasi dengan komunis.
 VI.            Refleksi: Ikhtisar Sejarah Gereja Asia
Pemberita Injil
   1.      Pada mulanya pemberita Injil adalah persekutuan (kelompok) atau lembaga zending, misalnya biara Nestorian, ordo Katolik, lembaga zending/misi Protestan.
   2.      Semua bangsa terlibat dalam pemberitaan Injil: Persia, Portugis, Inggris, Jerman, Amerika, Jepang, Korea.
   3.      Asal gereja: Nestorian, katolik, Protestan Reformed, Injili, Pantekosta.
   4.      Para penginjil berasal dari berbagai golongan profesi, bukan hanya hamba Tuhan.
   5.      Model perkembangan kekristenan:
a.       Secara alami melalui migrasi
b.      Berkembang melalui jalan perdagangan Asia.
c.       Pada Abad ke 16 ada perkawinan antara Portugis dan penduduk lokal.
d.      Orang Kristen India, Cina bermigrasi ke Malaya ke daerah perkebunan.
   6.      Pemberita Injil tidak menjadi saksi:
a.       Pedagang Kristen dianggap asing.
b.      Kelakuan penjajah seperti Portugis yang tidak bisa menjadi contoh.
c.       Perdagangan candu yang memalukan bagi orang Kristen.
d.      Kekristenan seringkali dianggap sama dengan penjajah.
   7.      Para pengungsi Kristen juga mengabarkan Injil di daerah pengungsian, seperti orang Yahudi, orang Cina ke Taiwan, ke Malaysia setelah PD II, orang Korea Utara ikut membangun gereja di Korea Selatan.
   8.      Kaum imperialis sendiri tidak konsisten terhadap kekristenan. Inggris memperbolehkan Kristen masuk secara leluasa di Cina, tetapi melarang di Malaysia. Bahkan sebelumnya, Paus merestui berita Injil disampaikan dengan kekuatan militer.
   9.      Muncul juga pemberita-pemberita Injil pribumi/nasional yang dengan semangat mengabarkan Injil bagi negerinya, seperti Sadhu Sundar Singh, Liang-A-Fa, dsb.
  10.  Upaya kontekstualisasi telah dilakukan sejak permulaan seperti: Alopen, De Nobili, Kosuke Koyama dengan Teologi Kerbaunya, dsb.
  11.  Penerjemahan Alkitab adalah salah satu karakteristik misi Protestan, di samping pendidikan dan pelayanan medis yang juga tidak kalah pentingnya.
   12.  Pemberita Injil menghasilkan gereja mandiri dan kuat di tempatnya masing-masing.
    13.  Pembaharuan rohani selalu menghasilkan semangat pekabaran Injil.
Respons Terhadap Berita Injil
   1.      Mengapa ada kekristenan yang berhasil dan ada yang tidak (dari segi jumlah)?
   2.      Jawaban lazim Kekristenan lebih mudah diterima bila berjumpa agama animis, dan agak sulit bila berjumpa agama tinggi seperti islam, Hindu, Buddha.
   3.      Golongan minoritas biasanya terbuka terhadap Injil, misalnya kaum pendatang Cina di Thailand dan Malaysia, suku-suku minoritas di Thailand, Burma dan Indonesia. Adanya harapan bahwa menjadi Kristen, kehidupan akan lebih baik, terutama di kalangan minoritas.
   4.      Kelas menengah ke atas juga terbuka terhadap Injil di Asia seperti di Korea, Cina, Jepang, dan India.
  5.      Kebijakan pemerintah setempat juga sangat memengaruhi maju dan mundurnya kekristenan.Ada raja yang menolak kekristenan, dan ada yang mendukung.
  6.      Namun catatan menarik: bahwa justru gereja tidak berkembang pada saat pemerintah memberikan toleransi, dan justru bertumbuh pada saat mengalami hambatan (Kasus di Cina di bawah dinasti Tang tidak bertumbuh, tetapi bertumbuh di bawah pemerintahan Komunis).
   7.      Penganiayaan Kristen menimbulkan dua dampak:
a.       Secara positif bahwa kekristenan semakin dihambat semakin merambat karena para pengikut Kristus semakin bersungguh-sungguh mengikut Yesus.
b.      Secara negatif banyak kemurtadan, bahkan gereja hampir musnah, seperti di Asia Barat.
c.       Apakah penganiayaan dapat menghilangkan gereja? Dapat disimpulkan: Tidak dapat melenyapkan.
VII.            Masa Depan Gereja Asia
  1.      Gereja di Asia seharusnya adalah gereja yang kontekstual, yang walaupun ada kecenderungan pengaruh Barat dalam berteologi seharusnya orang Asia harus menafsirkannya dalam konteks Asia.
   2.      Dalam menghadapi berbagai tekanan dari pemerintah, agama mayoritas seharusnya gereja-gereja bersatu dan bekerjasama, berdialog baik sesama agama Kristen maupun dengan agama-agama lainnya.
   3.      Gereja Kristen di Asia seharusnya terlibat dalam pelayanan yang bersifat holistik, termasuk peduli terhadap masalah sosial seperti kemiskinan, lingkungan hidup, industrialisasi, dsb.
   4.      Perlunya penekanan kepada semangat pembaharuan rohani, gerakan doa, KKR, dan menggerakkan upaya penginjilan ke suku-suku yang belum terjangkau.
   5.      Gereja di Indonesia memainkan peran penting ke depan menghadapi tekanan agama mayoritas, pendidikan Kristen yang lebih bermutu, mengutus misi ke luar negeri, dan terlibat aktif dalam pembangunan negara.

Daftar Pustaka:
Anne RuckSejarah Gereja Asia, Jakarta: BPK GM, 2005. 

Nama  : Al – Donna Zhara Khairani
Nim     : 114284015
Kelas   : A


Entri Populer

 

My colorful world (Al - Donna Zahra Khairani) Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review