Yang terpenting bukan hanya "bagaimana belajar sejarah", melainkan "bagaimana belajar dari sejarah". Pada masa lalu, Soekarno menegaskannya dengan istilah: "Jasmerah" (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah). Bahkan, seorang Cicero begitu menghargai sejarah dengan menyebutnya sebagai "Historia Vitae Magistra" (Sejarah adalah Guru Kehidupan), sedangkan Castro berteriak dengan lantang di pengadilan: "Historia Me Absolvera !!!" (Sejarah yang akan Membebaskanku!!!). Haruskah kita menyingkirkan sejarah?, bored with history?, hated social scientific history?... Ingat, kamu tidak akan pernah bisa maju jika kamu tidak mengenal sejarah mu!!!
By: Al - Donna Zahra Khairani #Historia'11UNESA
Blogroll
Labels
- Agama Protestan
- Arkeologi
- Arsitektur
- Eropa
- Hindu Budha
- Historiografi
- Indonesia
- KARLMARX
- Kebudayaan
- Kolonial
- kolonialisasi
- Mataram Kuno
- Metodologi Sejarah
- Modernisasi
- Orde Baru
- Pendidikan
- Psikologi
- Quote
- Reformasi
- Revolusi Industri
- Romawi
- Sejarah
- Sejarah Agama Besar
- Sejarah Amerika
- Sejarah Indonesia
- skripsi
- SOSIOLOGI
- Teori Pendidikan
- TEORI SOSIAL
- Tugas Kuliah
- Yunani
- Zaman Kuno
About
AL - DONNA ZAHRA KHAIRANI. Diberdayakan oleh Blogger.
Mengenai Saya
Sabtu, 28 Desember 2013
Bagaimana kamu bisa move on kalau kamu tidak mengenal sejarah mu?
Categories
Historiografi,
Indonesia,
Kebudayaan,
Modernisasi,
Quote,
Reformasi,
Sejarah,
Sejarah Indonesia
Sabtu, 28 September 2013
Permasalahan Pendidikan di Indonesia
Pendidikan Indonesia
semakin hari kualitasnya makin rendah. Berdasarkan Survey United Nations
Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), terhadap kualitas pendidikan di
Negara-negara berkembang di Asia Pacific, Indonesia menempati peringkat 10 dari
14 negara. Sedangkan untuk kualitas para guru, kulitasnya berada pada level 14
dari 14 negara berkembang.
Salah
satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah karena
lemahnya para guru dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali
memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat
yang dimiliki siswanya. Kelemahan para pendidik kita, mereka tidak pernah menggali
masalah dan potensi para siswa. Pendidikan seharusnya memperhatikan
kebutuhan anak bukan malah memaksakan sesuatu yang membuat anak kurang nyaman
dalam menuntut ilmu. Proses pendidikan yang baik adalah dengan
memberikan kesempatan pada anak untuk kreatif. Itu harus dilakukan sebab pada
dasarnya gaya berfikir anak tidak bisa diarahkan.
Selain
kurang kreatifnya para pendidik dalam membimbing siswa, kurikulum yang
sentralistik membuat potret pendidikan semakin buram. Kurikulum hanya
didasarkan pada pengetahuan pemerintah tanpa memperhatikan kebutuhan
masyarakat. Lebih parah lagi,pendidikan tidak mampu menghasilkan lulusan
yang kreatif. Ini salahnya, kurikulum dibuat di Jakarta dan tidak memperhatikan
kondisi di masyarakat bawah. Jadi, para lulusan hanya pintar cari kerja dan
tidak pernah bisa menciptakan lapangan kerja sendiri, padahal lapangan
pekerjaan yang tersedia terbatas. Kualitas pendidikan Indonesia sangat
memprihatinkan. Berdasarkan analisa dari badanpendidikan dunia (UNESCO),
kualitas para guru Indonesia menempati peringkat terakhir dari 14 negara
berkembang di Asia Pacifik. Posisi tersebut menempatkan negeri agraris ini
dibawah Vietnam yang negaranya baru merdeka beberapa tahun lalu. Sedangkan
untuk kemampuan membaca, Indonesia berada pada peringkat 39 dari 42 negara
berkembang di dunia. Lemahnya input quality, kualitas guru kita ada diperingkat
14 dari 14 negara berkembang. Ini juga kesalahan negara yang tidak serius untuk
meningkatkan kualitas pendidikan.
Banyak
faktor-faktor yang menyebabkan kualitas pendidikan di Indonesia
semakin terpuruk. Faktor-faktor tersebut yaitu :
1. Rendahnya Kualitas
Sarana Fisik
Untuk sarana fisik misalnya,
banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak,
kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak
lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi
tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki
gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan
sebagainya.
2. Rendahnya Kualitas
Guru
Keadaan guru di Indonesia
juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang
memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No
20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan
penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.
Kendati secara kuantitas
jumlah guru di Indonesia cukup memadai, namun secara kualitas mutu guru di
negara ini, pada umumnya masih rendah. Secara umum, para guru di Indonesia
kurang bisa memerankan fungsinya dengan optimal, karena pemerintah masih kurang
memperhatikan mereka, khususnya dalam upaya meningkatkan profesionalismenya.
Secara kuantitatif, sebenarnya jumlah guru di Indonesia relatif tidak terlalu
buruk. Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu
keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan
kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat
besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.
Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya
tingkat kesejahteraan guru.
3. Rendahnya
Kesejahteraan Guru
Rendahnya kesejahteraan guru
mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia.
Dengan pendapatan yang rendah, terang saja banyak guru terpaksa melakukan
pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada
sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang
pulsa ponsel, dan sebagainya. Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali
kesejahteraan guru dan dosen (PNS) masih lumayan. Pasal 10 UU itu sudah
memberikan jaminan kelayakan hidup. Di dalam pasal itu disebutkan guru dan
dosen akan mendapat penghasilan yang pantas dan memadai, antara lain meliputi
gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, dan/atau
tunjangan khusus serta penghasilan lain yang berkaitan dengan tugasnya. Mereka
yang diangkat pemkot/pemkab bagi daerah khusus juga berhak atas rumah dinas. Tapi,
kesenjangan kesejahteraan guru swasta dan negeri menjadi masalah lain yang
muncul. Di lingkungan pendidikanswasta, masalah kesejahteraan masih sulit
mencapai taraf ideal. Diberitakan Pikiran Rakyat 9 Januari 2006, sebanyak 70
persen dari 403 PTS di Jawa Barat dan Banten tidak sanggup untuk menyesuaikan
kesejahteraan dosen sesuai dengan amanat UU Guru dan Dosen.
4. Rendahnya Prestasi
Siswa
Dengan keadaan yang demikian
itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru) pencapaian
prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai misal pencapaian prestasi
fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional sangat rendah.
Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa
Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi
matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam
hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai
negara tetangga yang terdekat.
Dalam hal prestasi, 15
September 2004 lalu United Nations for Development Programme (UNDP) juga telah
mengumumkan hasil studi tentang kualitas manusia secara serentak di seluruh
dunia melalui laporannya yang berjudul Human Development Report 2004. Di dalam
laporan tahunan ini Indonesia hanya menduduki posisi ke-111 dari 177 negara.
Apabila dibanding dengan negara-negara tetangga saja, posisi Indonesia berada
jauh di bawahnya. Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari
materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk
uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa
menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda.
5. Kurangnya Pemerataan
Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih
terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Data Balitbang Departemen PendidikanNasional
dan Direktorat Jenderal Binbaga Departemen Agama tahun 2000 menunjukan Angka
Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3
juta siswa). Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi
Murni Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta siswa).
Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas.
Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan
sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan
dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah
ketidakmerataan tersebut.
6. Rendahnya Relevansi
Pendidikan dengan Kebutuhan
Hal tersebut dapat dilihat
dari banyaknya lulusan yang menganggur. Data BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan
sejak tahun 1990 menunjukan angka pengangguran terbuka yang dihadapi oleh
lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0 sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%,
sedangkan pada periode yang sama pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi
untuk masing-masing tingkat pendidikan yaitu 13,4%, 14,21%, dan
15,07%. Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar 3 juta
anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan
masalah ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan
kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional
terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia
kerja.
7. Mahalnya Biaya
Pendidikan
Pendidikan bermutu itu
mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus
dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari
Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin
tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh
sekolah.
Categories
Indonesia,
Pendidikan,
Teori Pendidikan,
Tugas Kuliah
Selasa, 24 September 2013
PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH INDONESIA
Penulisan sejarah (historiografi) di Indonesia umumnya digolongkan
kedalam tiga tahapan perkembangan yaitu historiografi tradisional,
historiografi kolonial, dan historiografi modern Indonesia. Dan setiap historiografi
tersebut masing-masing memililiki ciri-ciri yang berbeda dan jenis yang
dihasilkanpun berbeda.
Historiografi Tradisional
Historiografi tradisional adalah tradisi penulisan sejarah yang
berlaku pada masa setelah masyarakat Indonesia mengenal tulisan, baik pada
Zaman Hindu-Budha maupun pada Zaman Islam. Ada pada abad 4 M sampai abad 17 M. Hasil
tulisan sejarah dari masa ini sering disebut sebagai naskah. Contoh
Historiografi tradisional:
Babad Tanah Jawi, Babad Kraton, Babad Diponegoro, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Raja-raja Pasai, Hikayat Silsilah Raja Perak, Hikayat Tanah Hitu, Kronik Banjarmasin, dsb.
Babad Tanah Jawi, Babad Kraton, Babad Diponegoro, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Raja-raja Pasai, Hikayat Silsilah Raja Perak, Hikayat Tanah Hitu, Kronik Banjarmasin, dsb.
Adapun ciri-ciri historiografi tradisional yaitu:
- Penulisannya bersifat istana sentris yaitu berpusat pada keinginan dan kepentingan raja. Berisi masalah-masalah pemerintahan dari raja-raja yang berkuasa. Menyangkut raja dan kehidupan istana.
- Memiliki subjektifitas yang tinggi sebab penulis hanya mencatat peristiwa penting di kerajaan dan permintaan sang raja.
- Bersifat melegitimasi (melegalkan/mensahkan) suatu kekuasaan sehingga seringkali anakronitis (tidak cocok)
- Kebanyakan karya-karya tersebut kuat dalam genealogi (silsilah) tetapi lemah dalam hal kronologi dan detil-detil biografis.
- Pada umumnya tidak disusun secara ilmiah tetapi sering kali data-datanya bercampur dengan unsur mitos dan realitas (penuh dengan unsur mitos).
- Sumber-sumber datanya sulit untuk ditelusuri kembali bahkan terkadang mustahil untuk dibuktikan.
- Dipengaruhi oleh faktor budaya masyarakat dimana naskah tersebut ditulis sehingga merupakan hasil kebudayaan suatu masyarakat.
- Cenderung menampilkan unsur politik semata untuk menujukkan kejayaan dan kekuasaan sang raja.
Banyak sejarawan yang awalnya sampai tahun 1960-an tidak mau
menggunakan naskah-naskah tersebut sebagai sumber atau referensi karya ilmiah.
Akan tetapi, pada perkembangannya karena melalui berbagai penelitian
membuktikan bahwa bayak hal yang ditulis dalam naskah tradisional tersebut
dapat terungkap pula dalam sumber-sumber sejarah yang lain maka mereka mulai
menganggap bahwa naskah/ historiografi tradisional tersebut dapat pula
dijadikan sumber atau acuan sejarah.
Historiografi Kolonial
Ada pada abad 17-abad 20 M. Historiografi kolonial merupakan
historiografi warisan kolonial dan penulisannya digunakan untuk kepentingan
penjajah.
Ciri-cirinya:
Ciri-cirinya:
1. Tujuannya
untuk memperkuat kekuasaan mereka di Indonesia. Jadi disusun untuk membenarkan
penguasaan bangsa mereka terhadap bangsa pribumi (Indonesia). Sehingga untuk
kepentingan tersebut mereka melupakan pertimbangan ilmiah.
2.
Selain
itu semuanya didominasi untuk tindakan dan politik kolonial.
3.
Historiografi
kolonial hanya mengungkapkan mengenai orang-orang Belanda dan peristiwa di
negeri Belanda serta mengagung-agungkan peran orang Belanda sedangkan orang-orang
Indonesia hanya dijadikan sebagai objek.
4. Historiografi
kolonial memandang peristiwa menggunakan sudut pandang kolonial. Sifat historiografi
kolonial eropasentris.
5.
Ditujukan
untuk melemahkan semanangat para pejuang atau rakyat Indonesia.
Seperti contohya: Orang Belanda menyebut ”pemberontakan” bagi
setiap perlawanan yang dilakukan oleh daerah untuk melawan kekuasaan Belanda/
kekuasaan asing yang menduduki tanah airnya. Oleh Belanda itu dianggap sebagai
”perlawanan terhadap kekuasaannya yang sah sebagai pemilik Indonesia”. Seperti
Perlawanan yang dilakukan oleh Diponegoro, Belanda menganggap itu sebagai
”Pemberontakan Diponegoro”.
Telah ada upaya untuk melakukan kritik terhadap beberapa tulisan
orang Belanda seperti tulisan Geschiedenis van Nederlandsche-Indie (Sejarah
Hindia Belanda) oleh Stapel yang dikritik J.C van Leur. Salah satu
ungkapannya”jangan melihat kehidupan masyarakat hanya dari atas geladak kapal
saja”, artinya jangan menuliskan masyarakat Hindia hanya dari sudut penguasa
saja dengan mengabaikan sumber-sumber pribumi sehingga peranan pribumi tidak
nampak sementara yang ada hanyalah aktivitas bangsa Belanda di Hindia.
Tetapi justru pendapat Stapel yang tenar di kalangan masyarakat Indonesia, salah satu pendapatnya yang masih dipercaya dan melekat dalam benak sebagian besar masyarakat Indonesia adalah bahwa bangsa Indonesia telah dijajah Belanda selama 350 tahun (1595-1545). Hal ini berarti bahwa bangsa Indonesia dijajah sejak tahun 1595 sewaktu Cornelis de Houtman berangkat dari negeri Belanda untuk mencari pulau penghasil rempah-rempah di dunia Timur. Dia sampai di Indonesia tahun 1596. Indonesia masih mengalami kekuasaan VOC (1602-1619), Inggris (1811-1816), Van den Bosh (1816-1830), Penghapusan Tanam Paksa(1830-1870), Liberalisme (1870-1900), Politik Etis (1900-1922), Sistem Administrasi Belanda (1922-1942), Jepang (1942-1945).
Tetapi justru pendapat Stapel yang tenar di kalangan masyarakat Indonesia, salah satu pendapatnya yang masih dipercaya dan melekat dalam benak sebagian besar masyarakat Indonesia adalah bahwa bangsa Indonesia telah dijajah Belanda selama 350 tahun (1595-1545). Hal ini berarti bahwa bangsa Indonesia dijajah sejak tahun 1595 sewaktu Cornelis de Houtman berangkat dari negeri Belanda untuk mencari pulau penghasil rempah-rempah di dunia Timur. Dia sampai di Indonesia tahun 1596. Indonesia masih mengalami kekuasaan VOC (1602-1619), Inggris (1811-1816), Van den Bosh (1816-1830), Penghapusan Tanam Paksa(1830-1870), Liberalisme (1870-1900), Politik Etis (1900-1922), Sistem Administrasi Belanda (1922-1942), Jepang (1942-1945).
Historiografi
Modern Indonesia/ historiografi nasional
Ada pada abad 20 M- sekarang. Setelah kemerdekaan bangsa Indonesia
maka masalah sejarah nasional mendapat perhatian yang relatif besar terutama
untuk kepentingan pembelajaran di sekolah sekaligus untuk sarana pewarisan
nilai-nilai perjuangan serta jati diri bangsa Indonesia. Ditandai dengan:
1. Mulai
muncul gerakan Indonesianisasi dalam berbagai bidang sehingga istilah-istilah
asing khususnya istilah Belanda mulai diindonesiakan selain itu buku-buku
berbahasa Belanda sebagian mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
2. Mulai
Penulisan sejarah Indonesia yang berdasarkan pada kepentingan dan kebutuhan
bangsa dan negara Indonesia dengan sudut pandang nasional.
3.
Orang-orang
dan bangsa Indonesialah yang menjadi subjek/pembuat sejarah, mereka tidak lagi
hanya sebagai objek seperti pada historiografi kolonial.
4.
Penulisan
buku sejarah Indonesia yang baru awalnya hanya sekedar menukar posisi antara
tokoh Belanda dan tokoh Indonesia.
5. Jika
awalnya tokoh Belanda sebagai pahlawan sementara orang pribumi sebagai
penjahat, maka dengan adanya Indonesianisasi maka kedudukannya terbalik dimana
orang Indonesia sebagai pahlawan dan orang Belanda sebagai penjahat tetapi alur
ceritanya tetap sama.
Keadaaan yang demikian membuat para sejarawan dan pengamat sejarah
terdorong untuk mengadakan ”Kongres Sejarah Nasional” yang pertama yaitu pada
tahun 1957. Pada kongres kedua namanya diubah menjadi ”Seminar Nasional
Sejarah”, membicarakan mengenai rencana untuk pembuatan sebuah buku sejarah
nasional baru dengan harapan dapat dijadikan semacam buku referensi.
Oleh karena itu penulisan sejarah yang seharusnya adalah:
Sebuah
penulisan yang tidak sekedar mengubah pendekatan dari eropasentris menjadi
indonesiasentris, tetapi juga menampilkan hal-hal baru yang sebelumnya belum
sempat terungkap.
2.
Penulisan
sejarah dengan cara yang konvensional (yang hanya mengandalkan naskah sebagai
sumber sejarah) yang bersifat naratif, deskriptif, kedaerahan, serta tema-tema
politik dan penguasa diganti dengan cara penulisan sejarah yang kritis
(struktural analitis)
3.
Menggunakan
pendekatan multidimensional. Caranya yaitu dengan menggunakan teori-teori ilmu
sosial untuk menjelaskan kejadiaan sejarah sesuai dengan dimensinya dengan
menggunakan sumber-sumber yang lebih beragam daripada masa sebelumnya.
4.
Mengungkapkan
dinamika masyarakat Indonesia dari berbagai aspek kehidupan yang kemudian dapat
dijadikan bahan kajian untuk memperkaya penulisan sejarah Indonesia.
Sebagai contoh: Tulisan berjudul ”Pemberontakan Petani di Banten 1888” oleh Sartono Kartodirdjo, seorang sejarawan Indonesia pertama yang menggunakan metode multidimensional dalam penulisannya.
Sebagai contoh: Tulisan berjudul ”Pemberontakan Petani di Banten 1888” oleh Sartono Kartodirdjo, seorang sejarawan Indonesia pertama yang menggunakan metode multidimensional dalam penulisannya.
Penulisan sejarah Indonesia modern bertujuan untuk melakukan
perbaikan dengan menggantiklan beberapa hal seperti:
1.
Adanya
pandangan religio-magis serta kosmologis seperti tercermin dalam babad atau
hikayat diganti dengan pandangan empiris-ilmiah.
2.
Adanya
pandangan etnosentrisme diganti dengan pandangan nationsentris.
3.
Adanya
pandangan sejarah kolonial-elitis diganti dengan sejarah bangsa Indonesia
secara keseluruhan yang mencakup berbagai lapisan sosial.
Categories
Historiografi,
Indonesia,
Kebudayaan,
Kolonial,
Modernisasi,
Sejarah,
Sejarah Indonesia,
Tugas Kuliah,
Zaman Kuno
Proses Berakhirnya Pemerintah Orde Baru dan Terjadinya Reformasi
1.
Faktor Faktor Penyebab Runtuhnya Orde Baru
Runtunya rezim
Orde Baru disebabkan oleh beberapa faktor baik yang datang dari eksternal
maupun internal negeri. Faktor ekternal yaitu pengaruh krisis moneter Asia yang
melanda Thailand, sedangkan faktor internal yaitu stagnansi perekonomian
Indonesia serta kolusi, korupsi, dan nepotisme yang menggerogoti pemerintahan.
Berikut dibawah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai faktor-faktor penyebab
runtuhnya orde baru.
A.
Krisis Moneter, Awal Keterpurukan Perekonomian
Krisis moneter
yang melanda Thailand pada awal Juli 1997 merupakan permulaan peristiwa yang
mengguncang nilai tukar mata uang negara-negara di Asia seperti Malaysia,
Filipina, dan juga Indonesia. Rupiah yang berada pada posisi nilai tukar
2.500/US $ terus mengalami kemerosotan hingga 9 persen. Bank Indonesia mengakui
bahwa ia tidak bisa membendung rupiah yang terus merosot. Pada akhir Oktober,
nilai tukar rupiah menjadi Rp 4.000/US $. Dari sini, rupiah semakin terpuruk.
Pada bulan Januari 1998, rupiah tenggelam hingga level sekitar Rp 17.000/US $,
atau kehilangan 85% nilainya. Bursa saham Jakarta hancur. Hampir semua
perusahaan modern di Indonesia bangkrut sehingga menyebabkan terjadinya
pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran, dan tabungan kelas
menengah lenyap.
Melemahnya
nilai tukar rupiah tersebut menjadi perhatian khusus Presiden Soeharto.
Meskipun demikian, masih menyatakan keyakinannya bahwa Indonesia mampu menahan
badai yang bertiup dari Thailand
tersebut. Respon pemerintah terhadap krisis mencerminkan kesombongan dan
kurangnya kesadaran terhadap realitas. Reformasi diumumkan, namun proyek para
kroni dan keluarga – seperti mobil nasional Tommy – terus dilindungi. Presiden
Soeharto yang saat itu berpangkat Jenderal Besar Kehormatan (berbintang lima)
meminta bantuan sarana penyelamatan International Monetary
Fund (IMF) berjumlah US $43 miliar.
Perjanjian dengan IMF yang dilakukan pada Oktober 1997 memaksa pemerintah
Indonesia harus melakukan pembaruan-pembaruan kebijakan. Di antaranya,
penghentian subsidi dan penutupan 16 bank swasta, tetapi dua bank yang dimiliki
keluarga Soeharto dibuka kembali. Namun,
usaha tersebut tidak membawa perubahan.
Pada tanggal 6
Januari 1998, Soeharto mengumumkan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(RAPBN) yang tidak jelas karena memasukkan asumsi nilai tukar rupiah yang
berlaku enam bulan sebelumnya. Soeharto mendapat telepon dari Bill Clinton di
Washington, Helmut Kohl di Bonn, dan Hasimoto Ryutaro di Tokyo, serta mendapatkan
kunjungan Goh Chok Tong dari Singapura, yang semuanya mendesak Soeharto untuk menerima
proposal reformasi IMF. Pada tanggal 15 Januari 1998 di kediamannya di Jalan
Cendana nomor 8/10, Jakarta Pusat, Presiden Soeharto dan Direktur Pelaksana IMF
Michelle Camdessus menandatangani Letter of Intent (Nota Kesepakatan).
Dalam tindak lanjutnya, presiden melakukan revisi terhadap RAPBN yang telah
disampaikan sebelumnya, dan dinyatakan belum final.
Di tengah
kondisi yang tidak menentu itu, Presiden Soeharto justru mengeluarkan
pernyataan bahwa paket IMF yang ditandatanganinya pada tanggal 15 Januari1998
menjurus pada ekonomi liberal. Hal ini menyiratkan bahwapemerintah Indonesia
tidak akan melaksanakan perjanjian IMF yang berisi 50 butir kesepakatan
tersebut. Situasi tarik-menarik antara pemerintah dan IMF itu menyebabkan
krisis ekonomi di Indonesia semakin memburuk. Sedangkan Thailand dan Korea
Selatan yang pada awal keadaannya lebih buruk daripada Indonesia, telah
berkembang menuju proses pemulihan.
Pada saat
krisis semakin dalam, pada akhir Januari, Soeharto mengatakan bahwa dia akan
mencalonkan diri untuk masa kepresidenannya yang ketujuh dan mengisyaratkan bahwa
Soeharto menginginkan Habibie sebagai wakil presiden. Rupiah kemudian mencapai
kurs yang paling jelek. Tidak hanya gangguan secara ekonomi, gangguan sosial
pun merupakan ekses yang tidak terlepaskan. Dalam bulan-bulan pertama tahun
1998 di sejumlah kota terjadi kerusuhan-kerusuhan anti-Cina. Kelompok ini
merupakan sasaran kemarahan masyarakat karena dominasi perekonomian Indonesia
berada di tangan mereka.
B.
Krisis Politik dan Surutnya Kredibilitas Pemerintah
Soeharto
mengangkat orang-orang kepercayaannya ke dalam posisi penting. Mantan ajudannya
dan kepala staf Jenderal Wiranto ditunjuk sebagai Panglima ABRI pada bulan
Februari 1998. Menantu Soeharto, Letnan Jendral Prabowo Subianto, diserahi
jabatan pimpinan Kostrad pada bulan Maret. Dalam menyongsong sidang MPR bulan
Maret, sekitar 20 aktivis mahasiswa diculik oleh aparat keamanan dan sembilan
diantaranya kemungkinan dibunuh. Prabowo-lah yang umum diyakini sebagai dalang
dari kematian para mahasiswa ini.
Setelah pelaksanaan
pemilu ke-6 yang diselenggarakan pada tanggal 29 Mei 1997 yang memberikan
kemenangan pada Golkar dengan perolehan suara 74,5%, PPP 22,4%, dan PDI 3%,
perhatian politik tercurah pada Sidang Umum MPR pada bulan Maret 1998 yang
bertugas memilih presiden dan wakil presiden. Dalam sidang tersebut, Golkar
mencalonkan kembali Soeharto sebagai nominasi tunggal untuk jabatan presiden.
Dalam Sidang Umum MPR pada tanggal 11 Maret 1998 tersebut, Soeharto terpilih
secara aklamasi sebagai presiden untuk masa jabatan lima tahun yang ketujuh
kalinya dan B. J. Habibie sebagai wakil presiden. Terpilihnya Habibie
menghancurkan harapan terakhir komunitas internasional terhadap rezim tersebut.
Reputasi Habibie terletak pada sejarah BUMN yang merugi besar-besaran,
kedekatan pada Soeharto dan kroni-kroninya, dan memolitikkan islam.
Pada tanggal 14
Maret 1998 Presiden Soeharto membentuk kabinet barunya dengan menyertakan Siti
Hardiyanti Rukmana, putrinya sebagai Menteri Kesejahteraan Sosial, dan orang
dekatnya, Bob Hasan, sebagai Menteri Perdagangan dan Perindustrian yang
nantinya terbukti tidak memiliki kemampuan untuk menduduki posisi itu. Hanya
sedikit tokoh Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) yang masuk kabinet.
ICMI kini berpindah ke kubu oposisi, yaitu reformasi.
Dalam beberapa
minggu setelah terpilihnya Soeharto sebagai Presiden RI, kekuatan-kekuatan
oposisi yang sejak lama dibatasi mulai muncul kepermukaan meingkatnya kecaman
terhadap Presiden Soeharto tumbuh subur yang ditandai lahirnya gerakan mahasiswa
sejak awal 1998. Gerakan mahasiswa yang mulai mengkristal di kampus-kampus,
seperti ITB, UI, dan lain-lain semangkit meningkat intesitasnya sejak
terpilihnya Soeharto kembali.
Demonstrasi-demonstrasi
mahasiswa berskala besar di seluruh Indonesia melibatkan pula para staf
akademisi maupun pimpinan universitas. Adapun garis besar tema yang dituntut
mahasiswa dalam aksi-aksinya di kampus di berbagai kota, yaitu penurunan harga
sembako (sembilan bahan pokok), penghapusan monopoli, kolusi, korupsi, dan nepotisme
(KKN), serta suksesi kepemimpinan nasional.
Pada penutupan
Sidang Umum MPR menjadi suatu kesempatan bagi sejumlah massa untuk melakukan
demonstrasi. Pada tanggal 11 Maret 1998 ribuan orang dan bergabung pula Amien
Rais serta berbagai staff akedimisi dari berbagai kampus melakukan demonstrasi
untuk mendukung gerakan mahasiswa. Bahkan demontrasi yang dilakukanoleh
mahasiswa-mahasiswa Universitas Gajah Mada di Yogjakarta merupakan demonstrasi
terbesar yang terjadi selama beberapa dekade ini. Patung Soeharto setinggi 3
meter pun dirusak oleh mahasiswa.
Aksi-aksi
mahasiswa yang tidak mendapatkan tanggapan dari pemerintah menyebabkan para
mahasiswa di berbagai kota lainnya mulai mengadakan aksi hingga keluar kampus.
Menjelang bulan April 1998, Amien Rais yang menempatkan dirinya sebagai
pemimpin informal gerakan secara terbuka menyerukan dukungan rakyat bagi
perjuangan mahasiswa. Selama itu pada permulan bulan Mei 1998 sejumlah
organisasi seperti LSM, dan International Forum on Indonesian Development (INFID),
bergabung bersama staf senat dari berbagai universitas melakukan protes turun
ke jalan untuk menuntut turunnya Presiden Soeharto.
Maraknya
aksi-aksi mahasiswa tidak jarang berlanjut menjadi bentrokan dengan para
aparat keamanan. Menhankam/Pangab Jenderal Wiranto mencoba meredamnya dengan
menawarkan dialog kepada mahasiswa. Menurut Menhankam/ Pangab, dialog sangat dibutuhkan dalam menghadapi
situasi permasalahan bangsa yang sangat sulit. Dari dialog tersebut, ia
berharap komunikasi antara pemerintah masyarakat terbuka kembali. Sebaliknya,
para mahasiswa menganggap bahwa dialog dengan pemerintah dianggap tidak efektif
karena pokok tuntutan aksi-aksi mereka adalah reformasi politik dan ekonomi,
serta pengunduran diri Presiden Soeharto. Menurut mereka, mitra dialog yang
paling efektif adalah lembaga pemerintah kepresidenan dan MPR.
Di tengah
maraknya aksi-aksi protes mahasiswa dan komponen masyarakat lainnya, pada
tanggal 4 Mei 1998 pemerintah mengeluarkan kebijakan baru, yaitu menaikkan
hatga BBM dan tarif dasar listrik. Dalam hal ini pemerintah justru mengambil
langkah yang bertentangan dengan tuntutan yang berkembang saat itu. Bahkan
kenaikan harga BBM dan tarif dasar listrik semakin memicu gerakan massa karena
hal ini berdampak pada naiknya biaya angkutan dan barang kebutuhan lainnya,
Dalam kondidi
krisis ekonomi, politik, dan kepercayaan pada pemerintah, pada tanggal 9 Mei
1998 Presiden Soeharto menghadiri Konferensi G-15 di Kairo. Di dalam pesawat
menjelang keberangkatannya, Presiden Soeharto meminta masyarakat tenang dan
memahami kenaikan harga BBM. Selain itu, ia menyerukan pula kepada lawan-lawan
politiknya bahwa pasukan keamanan akan menangani dengan tegas setiap gangguan
yang muncul. Meskipun demikian, kerusuhan tetap tidak dapat dipadamkan dan gelombang
protes dari berbagai kalangan komponen masyarakat terus mewarnai perkembangan
situasi perpolitikan saat itu
2. Berbagai Kerusuhan dan Kronologis Jatuhnya Kekuasaan Soeharto sebagai Akhir Pemerintahan Orde Baru
2. Berbagai Kerusuhan dan Kronologis Jatuhnya Kekuasaan Soeharto sebagai Akhir Pemerintahan Orde Baru
Peringatan Hari
Kebangkitan Nasional yang akan diselenggarakan pada tanggal 20 Mei 1998
dirancanakan oleh gerakan mahasiswa sebagai momen Hari Reformasi Nasional.
Namun, ledakan kerusuhan terjadi lebih awal dan di luar dugaan. Pada tanggal 12
Mei 1998 di Universitas Trisakti yang berlokasi di daerah Grogol, Jakarta Barat
terjadi peristiwa penembakan terhadap empat orang mahasiswa oleh aparat
keamanan. Keempat orang mahasiswa Trisakti tersebut adalah Elang Mulya
Lesmana, Hendriawan Sie, Heri Hartanto,
dan Hafidhin Royan. Mereka tertembak
ketika ribuan mahasiswa Trisakti lainnya baru memasuki kampusnya setelah
menggelar aksi keprihatinan.
Kematian empat
mahasiswa Trisakti tersebut memicu berbagai gerakan proreformasi untuk
menyatukan langkah dan mendesak Presiden Soeharto mengundurkan diri. Senat
mahasiswa UI menyerukan aagar seluruh rakyat Indonesia mulai tanggal 13 Mei
1998 mengenakan pita hitam di tangan kiri, sebagai tanda berkabungnasional
serta lambang perjuangan reformasi dan suksesi kepemimpinan nasional. Seruan
ini mendapat tanggapan secara luas.
Pada tanggal 13
Mei 1998, setelah acara pemakaman keempat mahasiswa tersebut, ribuan mahasiswa
Trisakti aksi berkabung di kampusnya. Massa mulai membanjiri sekitar kampus
Universitas Trisakti untuk bergabung dengan mahasiswa. Aparat keamanan berusaha
mencegah aksi massa itu, akibatnya massa mengamuk dan mulai melakukan
pelemparan serta perusakan.
Keadaan yang hampir sama pun terjadi di Universitas Katolik Atma
Jaya di Jalan Jenderal Soedirman, Jakarta, tempat para mahasiswa menggelar
keprihatinan dan rasa dukacita bagi mahasiswa Trisakti yang telah menadi
mortir-mortir bangsa. Warga sekitar melakukan pembakaran di komplek pertokoan
Bendungan Hilir, Jakarta Pusat. Peristiwa itu terus berkembang dan menyebar
menjadi kerusuhan rasial. Toko-toko warga Indonesia keturunan Cina menjadi
sasaran penjarahan massa yang tidak dikenal. Selain itu, rumah-rumah mereka pun
dirusak dan dibakar.
Massa yang semula berada di Jalan S. Parman, Jakarta Barat secara
cepat bergerak ke arah Jalan Daan Mogot. Mereka melakukan perusakan dan
pembakaran mobil-mobil serta gedung-gedung di sepanjang jalan yang dilalui.
Selain itu, terjadi pula pemerkosaan terhadap sejumlah besar
perempuan-perempuan Indonesia keturunan Cina. Kerusuhan dan perusakan serupa
terjadi pula di kota-kota lainnya, terutama di Solo. Suasana Jakarta pun
seperti kota mati, tidak ada kendaraan yang lalu lalang. Namun, ditempat-tempat
tertentu, khususnya kawasan pertokoan, aksi-aksi penjarahan massa terus
berlangsung hingga dini hari.
Wakil Presiden B.J. Habibie di Istana Merdeka Selatan, atas nama
Presiden Soeharto menyampaikan keprihatinan pemerintah atas musibah yang
terjadi dalam unjuk rasa mahasiswa. Pemerintah menyerukan agar semua pihak
menahan diri dalam memelihara ketentraman dan stabilitas. Walaupun demikian,
pada tanggal 14 Mei 1998 kerusuhan terus melanda hampir seluruh wilayah Jakarta
dan sekitarnya. Bantuan pasukan dari luar kota pun mulai didatangkan untuk
mengamankan situasi ibu kota. Sementara itu, sejak tanggal 14 Mei 1998,
ribuanetnis Cina melakukan eksodus ke luar negeri, khususnya ke Singapura,
Bangkok, Hong Kong, dan Australia. Penyelamatan diri ini pun kemudian diikuti
oleh warga asing lainnya, seperti staf kedutaan, pekerja asing (ekspatriat)
beserta keluarga dan pejabat-pejabat IMF yang bertugas di Indonesia. Kerusuhan
di Jakarta menjadikan beberapa kedutaan besar di Jakarta mulai mengevakuasi sebagian
warganya ke Singapura dan Bangkok. Kedutaan besar lainnya menyarankan agar
warga negaranya meninggalkan Indonesia. Langkah tersebut juga diikuti oleh
beberapa perusahaan multinasional dalam ragka menghindari kerusuhan.
Perkembangan situasi tanah air yang semakin tidak menentu
meyebabkan Presiden Soeharto mempersingkat kunjungannya di Kairo, yang
dijadwalkan pulang pada tanggal 16 Mei 1998, sehari sebelumnya telah tiba di
tanah air. Di kediamannya di Jalan Cendana, Presiden Soeharto mengadakan
pertemuan dengan para pembantu-pembantunya untuk meminta laporan kondisi
terakhir dalam negeri. Keesokan harinya Presideen memutuskan untuk menurunkan
harga BBM. Selanjutnya Presiden berjanji akan melakukan reformasi di segala
bidang dan segera me-reshuffle Kabinet Pembangunan VII yang dipimpinnya.
Hal ini disampaikan oleh Soeharto ketika ia bertemu dengan para pemimpin DPR di
Jalan Cendana, Jakarta Pusat.
Langkah-langkah kebijakan ini pun tidak mampu meredam situasi yang
tidak teratur saat itu yang menginginkan mundurnya Presiden Soeharto. Pertemuan
selanjutnya terjadi antara Presiden Soeharto dan delegasi staf akademisi UI
yang dipimpin oleh Rektor Prof. Asman
Boedisantosa yang menyampaikan hasil simposium rektor seluruh indonesia agar
Presiden mundur dari jabatannya. Presiden Soeharto menjawab bahwa mundur
baginya bukan masalah.
Pada tanggal 17 Mei 1998 gerakan mahasiswa memutuskan untuk
menduduki Gedung DPR/MPR. Pada hari berikutnya mahasiswa dari seluruh Jabotabek
dan Bandung ikut bergabung di gedung tersebut. Dalam situasi ini aparat
keamanan tidak mengahalangi mahasiswa untuk masuk dan menduduki gedung MPR/DPR.
Mereka menyerukan slogan-slogan “Reformasi atau Mati” sambil menyanyikan
lagu-lagu patriotik.
Keesokan harinya, tanggal 18 Mei 1998 terjadi pertemuan antara
pimpinan DPR dan sejumlah delegasi mahasiswa untuk mendiskusikan penyelenggaran
secepatnya Sidang Umum Istimewa. Selanjutnya Ketua MPR/DPR Harmoko mengumumkan
keputusan secara resmi kepada publik tentang tuntutan pengunduran diri Presiden
Soeharto. Pengumuman tersebut disambut gembira terutama oleh para mahasiswa
yang menduduki gedung MPR/DPR.
Petang harinya, Presiden Soeharto melakukan pertemuan dengan
cendekiawan Islam terkemuka Nurcholis Madjid guna membahas pendapatnya tentang
langkah terbaik selanjutnya. Dalam pertemuan itu, Presiden Soeharto ada
petunjuk bahwa ia bersedia turun. Hari berikutnya tanggal 19 Mei 1998, Presiden
bertemu dengan sembilan orang pimpinan senior muslim dan mengumumkan rencananya
untuk membentuk Komisi Pembaruan serta kabinet baru.
Dalam sebuah pidato nasional, Presiden Soeharto secara resmi
mengumumkan pembubaran kabinet yang baru berusia dua bulan dan membentuk
kabinet baru yang dinamai Kabinet Reformasi. Komisi Pembaruan bertugas
menyiapkan undang-undang baru, menyelenggarakan pemilu secepat mungkin, dan
dalam hal ini Presiden Soeharto tidak akan mencalonkan diri lagi sebagai
Presiden untuk periode berikutnya jika MPR yang baru sudah bersidang.
Di tengah rencana-rencana Presiden itu,
Amien Rais mengordinasikan protes-protes mahasiswa dan mengancam akan
menghimpun satu juta demonstran di Jakarta pada tanggal 20 Mei 1998 guna
menyerukan pengunduran diri Presiden Soeharto. Pidato Presiden tidak
memengaruhi pendirian Amien Rais dan yang lainnya karena mereka mencurigai
bahwa Presiden membuat taktik baru untuk mengulur waktu saja.
Namun, rencana Amien Rais tidak jadi
dilakukan karena adanya ancaman kekerasan terhadap para demonstran. Amien Rais
menyampaikan pidato yang disiarkan oleh RCTI untuk membatalkan acara apel akbar
di Monas yang akan dihadiri satu juta orang.
Menjelang akhir pemerintahannya, Presiden
Soeharto mulai ditinggalkan pembantu-pembantunya di kabinet. Para menterinya,
yang dipimpin oleh Ginandjar Kartasasmita, mengadakan rapat dalam kabinet baru
serta mendesak Presiden untuk turun. Pernyataan tersebut disampaikan ke Cendana
sekitar pukul 20.00, dan hal ini sangat mengguncang Presiden Soeharto.
Pada pertemuan di malam yang sama,
Menhankam/Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto atas nasihat sekelompok ahli hukum
konstitusi serta ahli politik menyatakan bahwa demi kepentingan bangsa, solusi
terbaik adalah mengalihkan kekuasaan secara konstitusional dari Presiden kepada
Wakil Presiden. Pandangan itu disampaikannya kepada Presiden pada malam itu.
Menurut Probosutedjo yang mendampingi
Presiden Soeharto di saat-saat yang menentukan tersebut, Presiden menyatakan
bahwa kariernya sebagai pemimpin bangsa sudah berakhir dan ia harus menyerahkan
kekuasaan sesegera mungkin kepada Wakil Presiden B.J. Habibie. Pada saat itu
pula dukungan internasional kepada Soeharto untuk bertahan juga sudah sirna.
Sebelum tengah malam, Menlu Amerika Serikat Madeleine Allbright menyiarkan
pernyataa melalui jaringan televisi CNN agar Soeharto mundur demi kepentingan
transisi menuju demokrasi.
Pada pagi hari tanggal 19 Mei 1998 pukul
00.10, Yusril Ihza Mahendra Staf Sekretariat Negara menelepon Amien Rais yang
berada di Rumah. Malik Fadjar bersama Nurcholis Madjid dan kawan-kawan
memeberitahukan bahwa Soeharto sudah menandatangani naskah pengunduran dirinya.
Selanjutnya pada pagi hari hari pukul 00.20, Amien Rais dan kawan-kawan
mengadakan jumpa pers di rumah Malik Fadjar di Jalan Indramayu No. 14, Jakarta
Pusat. Mereka menyerukan langkah-langkah yang perlu diambil pemerintah
seandainya Presiden Soeharto mengundurkan diri. Pada hari Kamis tanggal 21 Mei
1998 sekitar pukul 09.00 WIB, Presiden membacakan pidato pengunduran dirinya
sebagai Presiden RI di Istana Merdeka. Soeharto mengumumkan, sesuai Pasal 8 UUD
1945, Wapres B.J. Habibie akan melanjutkan sisa masa jabata Presiden Mandataris
MPR 1998-2003. Saat itu Habibie mengucap sumpah, disaksikan oleh Ketua Mahkamah
Agung, sebagai Presiden RI yang baru. Selanjutnya Menhankam/Pangab Jenderal
Wiranto mengumumkan bahwa ABRI akan tetap menjaga keselamatan dan kehormatan
mantan Presiden Mandataris MPR, termasuk Soeharto dan keluarganya.
Categories
Indonesia,
Orde Baru,
Reformasi,
Sejarah,
Sejarah Indonesia,
Tugas Kuliah
Senin, 23 September 2013
SUKU NAVAJO
Navajo (juga dieja
Navaho, dalam Navajo : Dine, yang berarti "orang-orang," atau
Naabeehó) (atau Dineh dalam anglicization umum dari istilah bahasa Navajo) dari
Amerika Serikat Barat Daya merupakan terbesar kedua Amerika asli suku Serikat
Amerika Serikat . Dalam Sensus AS 2000 , 298.197
orang mengaku sepenuhnya atau sebagian dari keturunan Navajo. The Navajo Nation
merupakan sebuah badan pemerintah independen yang mengelola Navajo reservasi
Indian di Four Corners area Amerika Serikat . The Navajo Bahasa diucapkan di
seluruh wilayah, meskipun yang paling Navajo berbahasa Inggris juga.
· Awal sejarah
Sampai mereka datang ke dalam
kontak dengan Spanyol dan Pueblos , para Navajo adalah pemburu dan pengumpul.
Mereka mengadopsi teknik pertanian dan tanaman dari orang-orang Pueblo, tumbuh
terutama jagung , kacang , dan squash . Sebagai hasil dari pengaruh Spanyol,
mereka mulai menggiring domba dan kambing , tergantung pada mereka untuk
makanan dan perdagangan. Mereka berputar dan menenun dicukur wol ke dalam
selimut dan pakaian yang dapat digunakan untuk penggunaan pribadi atau
perdagangan. Mereka juga tergantung pada kawanan domba mereka untuk daging .
Hidup mereka bergantung pada domba begitu banyak itu, ke Navajo, domba adalah
jenis mata uang dan ukuran kawanan adalah tanda status sosial.
The Navajo / Dine berbicara dialek
dari rumpun bahasa disebut sebagai Athabaskan . The Navajo dan Apache diyakini
bermigrasi dari barat laut Kanada dan timur Alaska , dimana mayoritas speaker
Athabaskan berada. The Dene Bangsa Pertama , yang tinggal dekat dari Tadoule
Danau di Manitoba ke Great Slave Lake di Alberta , juga berbicara bahasa
Athabaskan. Meskipun waktu berlalu, orang-orang ini dilaporkan masih bisa
memahami bahasa sepupu jauh mereka, Navajo. Arkeologi dan sejarah bukti menunjukkan
bahwa nenek moyang Athabaskan dari Navajo dan Apache masuk Southwest dengan
1400 Masehi . Navajo tradisi lisan dikatakan untuk mempertahankan referensi
dari migrasi ini.
Sejarah
lisan Navajo juga tampaknya menunjukkan hubungan panjang dengan orang-orang
Pueblo dan kemauan untuk beradaptasi ide-ide asing ke dalam budaya mereka
sendiri. Perdagangan antara masyarakat Pueblo lama mapan dan Athabaskans itu
penting bagi kedua kelompok. Catatan Spanyol mengatakan dengan pertengahan abad
ke-16, para Pueblos ditukar jagung dan tenunan kapas barang bison daging, kulit
dan material untuk alat-alat batu dari Athabaskans yang baik bepergian untuk
mereka atau tinggal di sekitar mereka. Pada abad ke-18, Spanyol melaporkan
bahwa Navajo memiliki banyak ternak dan daerah besar tanaman. The Navajo
mungkin banyak ide Pueblo diadaptasi ke dalam budaya sendiri yang berbeda.
Yang pertama menggunakan istilah Spanyol Apachu de Nabajo pada 1620 untuk merujuk kepada orang-orang di wilayah Lembah Chama timur San Juan Sungai dan barat laut sekarang Santa Fe, New Mexico . Pada 1640-an, mereka menggunakan "Navajo" untuk orang-orang pribumi. Para Spanyol tercatat dalam 1670s bahwa mereka hidup di wilayah yang disebut Dinetah , sekitar enam puluh mil (100 km) barat dari wilayah lembah Rio Chama. Pada 1780, Spanyol mengirim ekspedisi militer terhadap Navajo di barat daya dan barat daerah itu, dalam Taylor Gunung dan Gunung Chuska wilayah New Mexico.
Yang pertama menggunakan istilah Spanyol Apachu de Nabajo pada 1620 untuk merujuk kepada orang-orang di wilayah Lembah Chama timur San Juan Sungai dan barat laut sekarang Santa Fe, New Mexico . Pada 1640-an, mereka menggunakan "Navajo" untuk orang-orang pribumi. Para Spanyol tercatat dalam 1670s bahwa mereka hidup di wilayah yang disebut Dinetah , sekitar enam puluh mil (100 km) barat dari wilayah lembah Rio Chama. Pada 1780, Spanyol mengirim ekspedisi militer terhadap Navajo di barat daya dan barat daerah itu, dalam Taylor Gunung dan Gunung Chuska wilayah New Mexico.
Dalam 1.000 tahun terakhir, Navajo
memiliki sejarah memperluas jangkauan mereka dan pemurnian diri mereka
identitas dan signifikansi mereka ke kelompok lain. Hal ini mungkin merupakan
akibat dari kombinasi budaya peperangan endemik ( penggerebekan ) dan
perdagangan dengan Pueblo, Apache, Ute , Comanche Spanyol bangsa dan, atur di
lingkungan alam perubahan Southwest tersebut.
Nama "Navajo" berasal
dari abad ke-18 melalui Spanyol (Apache de) Navajo "(Apache dari)
Navajo", yang berasal dari Tewa navahū "bidang jurang sebelah".
The Navajo menyebut diri mereka Dine, yang berarti "rakyat". Meskipun
demikian, sebagian besar Navajo sekarang menyetujui untuk disebut
"Navajo." (Ejaan lama kata - "Navaho" - tidak disukai oleh
Navajo paling di zaman modern).
Secara tradisional, seperti
Apacheans lain, Navajo adalah semi- nomadik dari 16 sampai abad ke-20. kelompok
kekerabatan diperpanjang mereka telah daerah hunian musiman untuk mengakomodasi
peternakan, pertanian dan praktek pengumpulan. Sebagai bagian dari ekonomi
tradisional mereka, kelompok Navajo mungkin terbentuk pihak perdagangan atau
merampok, perjalanan relatif jarak jauh.
· Budaya
Secara historis, struktur
masyarakat Navajo sebagian besar merupakan matriarkal sistem di mana wanita
hanya diizinkan untuk memiliki ternak dan tanah. Setelah menikah, seorang pria
Navajo akan pindah ke rumah istrinya dan klan, karena anak-anak perempuan
(atau, jika perlu, saudara perempuan lainnya) secara tradisional orang-orang
yang menerima warisan generasi. Setiap anak dikatakan milik klan ibu dan
menjadi "lahir untuk" marga ayah. Sistem klan adalah exogamous , artinya
itu, dan sebagian besar masih, dianggap sebagai bentuk inses untuk menikah atau
siapapun tanggal dari salah satu dari empat kakek seseorang sebuah klan.
Categories
Kebudayaan,
Sejarah,
Sejarah Amerika,
Tugas Kuliah
Minggu, 22 September 2013
Teori Psikologi Pendidikan
1.
Lima perbedaan antara teori Behavior dan teori Gestalt
Teori Behavior
|
Teori Gestalt
|
Menitikberatkan pada
proses hubungan stimulus-respon-reinforcement sebagai bagian terpenting dalam
belajar
|
Perilaku bukan hanya
terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan
tujuan yang ingin dicapai
|
Mengabaikan peranan
insight
|
Berpandangan bahwa
tingkah laku seseorang bergantung pada insight daripada trial dan error
|
Menekankan pada
tingkah laku yang nampak (empiris) dengan mempergunakan metode obyektif
|
Lebih menekankan
pada kognisi
|
Atomistik,
Elemental, Molekular, objektif, Empiristik, Behavioral
|
Holistik, Molar,
Subjektif, Nativistik, Kognitig, Fenomenologis
|
Mementingkan masa
lalu sehingga belajar ditafsirkan sebagai perubahan perilaku
|
Lebih pada
reorganisasi perseptual dalam memperoleh pemahaman.
|
2.
Tiga contoh teori
primer thorndike
·
sering melakukan
pengulangan dalam memecahkan suatu permasalahan, anak didik akan memiliki
sebuah pengalaman yang berharga.
·
Mengadakan tes
bakat dengan tujuan mengetahuia bakat dari masing-masing peserta didik. Dengan
mengetahui bakatnya, maka akan memudahkan mendidik sebab materi yang
disampaikan akan disesuaikan dengan bakat peserta didik
·
sistem pemberian
hadiah, akan membuat anak didik menjadi lebih memiliki kemauan dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapinya.
3.
Peran teori
behavior
·
Memandang individu
hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental.
Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat
dan perasaan individu dalam suatu belajar.
·
Munculnya
pembelajaran yang telah diprogramkan, suatu teknik dalam membimbing peserta
didik kepada suatu taraf prestasi yang diinginkan.
4.
Contoh Classical
Conditioning dari pavlov
·
Mata pelajaran
sejarah (Conditioning Stimulus) + guru yang baik (Unconditional Stimulus) → siswa
mempunyai respon positif (Unconditional Respon), yang berarti siswa senang pada
cara guru mengajar sejarah dengan baik. Kalau hal ini dilakukan berkali-kali, maka
akan terjadi : mata pelajaran Sejarah (Conditioning Stimulus) ↔ siswa mempunyai respon positif
terhadap mata pelajaran sejarah (Conditioning Respon).
·
Mata pelajaran
sejarah (Conditioning Stimulus) + guru otoriter (Unconditional Stimulus) → respons siswa
negatif (Unconditional Respon). Kalau hal ini dilakukan berkalikali, maka akan
terjadi hal sebagai berikut : mata pelajaran sejarah (Conditioning Stimulus) ↔ respons siswa terhadap mata
pelajaran sejarah negatif (Conditioning Respon).
1.
Masalah dan kesulitan
belajar di jurusan sejarah, yaitu:
·
Masih sulit
menemukan cara pemahaman materi yang tepat karena masih sering terpaku pada
metode menghafalkan materi yang ada
·
Sulit untuk
menguasai materi yang ada karena luasnya ruang lingkup materi
Daftar Pustaka
· Sudrajad, Akhmad.
2011. Kontribusi Psikologi terhadap Pendidikan: jurnal (online), (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/02/teori-teori-belajar/, diakses
pada 4 Mei 2012)
· Thohir, Muhammad. 2012.
Ivan Pavlov: Classical Conditioning: jurnal (online), (http://thohir.sunan-ampel.ac.id/2012/04/23/ivan-pavlov-classical-conditioning/, diakses
pada 4 Mei 2012)
· Sumarno, Alim. 2012.
Behaviorisme -
Teori Thorndike: jurnal
(online), (http://blog.elearning.unesa.ac.id/alim-sumarno/behaviorisme-teori-thondike, diakses pada 4 Mei 2012)
· Fadhilah, Nur Aziza. 2011. Teori Psikologi Gestalt: jurnal
(online), (http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/03/teori-psikologi-gestalt/, diakses pada 4 Mei 2012)
Nama : Al – Donna Zhara K
NIM : 114284015
Categories
Pendidikan,
Psikologi,
Sejarah,
Teori Pendidikan,
Tugas Kuliah
Langganan:
Postingan (Atom)
Entri Populer
-
1. Faktor Faktor Penyebab Runtuhnya Orde Baru Runtunya rezim Orde Baru disebabkan oleh beberapa faktor baik yang datang dari ekste...
-
Buku Siswa Kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha I. Mengamati Lingkungan Mungkin kamu pe r nah mendengar atau ...
-
Navajo (juga dieja Navaho, dalam Navajo : Dine, yang berarti "orang-orang," atau Naabeehó) (atau Dineh dalam anglicization...
-
A. FILOLOGI 1. Kitab Pararaton (Singhasāri dan Majapahit) Serat Pararaton boleh dikatakan sebuah kitab (pedoman). ...
-
Stasiun gubeng Surabaya sudah ada sejak zaman kolonial. Berdasarkan sejarah yang ada, Stasiun Gubeng Surabaya mulai dibangun sekitar tah...
-
Prasasti Wanua Těngah III berangka tahun 830 Saka (903 M) dikeluarkan oleh Rakai Watukara dyah Balitung. Seperti halnya prasa...
-
Romawi Kuno adalah peradaban yang tumbuh dari komunitas pertanian kecil yang didirikan di Semenanjung Italia pada abad ke-9...
-
Penulisan sejarah (historiografi) di Indonesia umumnya digolongkan kedalam tiga tahapan perkembangan yaitu historiografi tradisional, histo...
-
haiiiii,,, long time no see my blog huh. Maafkeun aku gara-gara sibuk ngajar sama urusan skripsi. Tapi alhamdulillah akhirnya perjuangan se...
-
Pada tahun 1830 pada saat pemerintah Hindia Belanda hampir bangkrut setelah terlibat Perang Diponegoro 1825-1830, dan Perang Paderi di Su...